
SURABAYA (Lenteratoday) - Baru-baru ini hujan lebat disertai angin kencang mengguyur Kota Surabaya. Hujan yang terjadi pada Senin (5/02/2024) hingga Selasa (6/02/2024) ini menyebabkan banjir di beberapa wilayah di Surabaya. Misalnya saja di wilayah Surabaya Barat yaitu daerah Margomulyo dan Benowo.
Banjir yang terjadi di wilayah Surabaya ini bukanlah hal pertama, bahkan telah menjadi PR pemerintah selama bertahun-tahun. Lantas, kenapa hal itu masih terjadi?
Menanggapi hal ini, Muhammad Hafiizh I., MT ahli banjir dari ITS mengatakan, jika banjir merupakan peristiwa alam yang biasa terjadi saat musim hujan.
Dalam kasus yang terjadi belum lama ini, harus dicari lebih dahulu curah hujan yang terjadi sehingga menyebabkan banjir.
"Kita harus tahu dulu curah hujan yang kemarin terjadi nilainya berapa milimeter. Kalau memang yang terjadi kemarin adalah 100 mm, maka itu setara dengan perhitungan curah hujan rencana dua tahun, 5 tahun, atau 25 tahun," kata Hafiizh ketika dihubungi, Rabu (7/02/2024).
Ia mengungkapkan, jika saluran pemerintah Kota Surabaya kuat terhadap periode ulang 5 tahunan. Dan nilai periode ulang 5 tahun itu selalu berubah, karena catatan hujan di setiap tahunnya berubah.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga sudah mengantisipasi hal tersebut dengan cara memberikan pompa di setiap saluran.
"Misal satu tahun ini pernah terjadi yang paling tinggi adalah 140 mm, dan di 2 tahun lalu yang terjadi 120 mm. Di 120 mm dan 140 mm itu kita punya hitungan hidrologi, dimana kalau nilainya 130 itu setara dengan periode ulang yang mendekati 10 tahun," ungkapnya.
"Kalau saluran pemerintah kota ini didesain 5 tahun, dan yang terjadi curah hujannya itu mendekati 10 tahun, jadi wajar meluber," tambahnya.
Meski demikian, dosen prodi diploma teknik sipil ITS menuturkan, jika terjadinya banjir disebabkan oleh beberapa faktor.
Misalnya saja curah hujan yang jatuh melebihi kapasitas rencana, lalu air hujan yang jatuh di jalan tidak masuk ke saluran, saluran air buntu karena sampah, hingga jatak antara jalan dan saluran lebih tinggi salurannya sehingga air tidak bisa masuk dan menggenangi jalanan.
Hafiizh juga menyebut, jika Pemkot Surabaya mempunyai sistem drainase masterplan (SDMP) yang terintegrasi satu Surabaya dan sudah dua kali di review.
"Upaya pemerintah untuk menangani masalah ini kalau saya lihat berkembang. Karena di SDMP pertama Surabaya di bagi jadi 5 rayon, rayon ini seperti batas wilayah genangan. Dan di SDMP terbaru sudah menjadi 7 rayon karena memang memahami perubahan lahan," ucapnya.
Tak hanya itu, pemerintah juga mempunyai pompa air yang terpasang di 75 titik. "Kenapa kemarin masih banjir? Karena kemarin itu hujannya kalau dihitung sekitar 6 jam. Kalau kita menghitung identik Surabaya durasi 3-4 jam dan kalau terjadi hujan lebih dari 4 jam dengan tinggi hujan antara 5-10 tahun wajar kalau kapasitas saluran enggak kuat itu wajar," tuturnya.
Tak lupa Hafiizh berpesan kepada pemerintah untuk turut memberikan sosialisasi ke masyarakat terkait adanya saluran di daerah mereka. "Karena kalau masyarakat tahu adanya saluran dan misal saluran itu ada sampahnya bisa dibersihkan. Jadi masalah banjir ini haru ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat," tukasnya. (*)
Reporter: Amanah Nur Asiah (mg) | Editor : Lutfiyu Handi