17 April 2025

Get In Touch

Presiden AS: Tindakan Israel di Gaza Berlebihan, Perang Harus Dihentikan

Aktivitas jual beli sempat hidup di beberapa pasar di Jalur Gaza ketika gencatan senjata Israel-Hamas diberlakukan sepekan sejak Jumat (24/11/2023) hingga Jumat (1/12/2023). Sayangnya, selama jeda pertempuran tersebut, orang-orang yang berharap dapat membe
Aktivitas jual beli sempat hidup di beberapa pasar di Jalur Gaza ketika gencatan senjata Israel-Hamas diberlakukan sepekan sejak Jumat (24/11/2023) hingga Jumat (1/12/2023). Sayangnya, selama jeda pertempuran tersebut, orang-orang yang berharap dapat membe

WASHINGTON DC (Lenteratoday) -Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak proposal Hamas terkait gencatan senjata.

Meski demikian, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terus mengupayakan agar perang di Jalur Gaza Palestina bisa dihentikan.

"Saya berpandangan, seperti yang Anda tahu, tindakan respons di Jalur Gaza sudah berlebihan," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih.

Pernyataan Biden menjadi salah satu kritik publiknya yang paling tajam hingga saat ini terhadap pemerintahan Netanyahu.

Biden juga mengatakan telah mendorong kesepakatan untuk menormalisasi hubungan Arab Saudi-Israel, meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk warga sipil Palestina, dan penghentian sementara pertempuran untuk memungkinkan pembebasan sandera yang ditawan oleh Hamas.

"Saya berusaha sangat keras sekarang untuk menangani gencatan senjata dan penyanderaan ini," terang Presiden AS, dikutip dari Reuters pada Jumat (9/2/2024).

"Ada banyak orang tidak bersalah yang kelaparan, banyak orang tidak bersalah yang berada dalam kesulitan dan sekarat, dan ini harus dihentikan," tegas Joe Biden.

Sebagai tanda bahwa diplomasi belum berakhir, delegasi Hamas yang dipimpin oleh pejabat senior Khalil Al-Hayya tiba di Kairo pada Kamis untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan mediator Mesir dan Qatar.

Sebelumnya, Netanyahu mengatakan pada Rabu (7/2/2024) bahwa persyaratan yang diusulkan oleh Hamas untuk gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung selama empat bulan itu adalah 'khayalan'.

PM Israel itu juga berjanji untuk terus berjuang, dengan menyatakan bahwa kemenangan sudah di depan mata.

"Operasi Israel di Rafah tanpa mempertimbangkan penderitaan warga sipil akan menjadi bencana. Kami tidak akan mendukungnya," ungkap juru bicara Gedung Putih John Kirby.

Dari penuturan warga Palestina, pesawat-pesawat Israel mengebom beberapa bagian kota pada Kamis pagi hingga menewaskan sedikitnya 11 orang dalam serangan terhadap dua rumah.

Selain itu, tank-tank juga menembaki beberapa daerah di Rafah timur, hingga meningkatkan ketakutan warga akan terjadinya serangan darat.

Emad (55), ayah enam anak di Rafah yang meninggalkan rumahnya di tempat lain, mengatakan bahwa mereka tidak punya tempat lagi untuk lari.

"Kami membelakangi pagar perbatasan dan menghadap ke Mediterania. Ke mana kami harus pergi?" tanya dia, mengutip Kompas.

Warga lainnya, Umm Mahdi Hanoon mengatakan bahwa dia dan keluarganya kini tinggal di kandang ayam.

"Bayangkan seorang anak tidur di kandang ayam, terkadang kita berharap pagi tidak datang," katanya (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.