17 April 2025

Get In Touch

AS dan Yordania Desak Gencatan Senjata di Gaza

Presiden AS Joe Biden konferensi pers bersama Raja Yordania Abdullah setelah pertemuan mereka, di Gedung Putih di Washington, AS (Reuters)
Presiden AS Joe Biden konferensi pers bersama Raja Yordania Abdullah setelah pertemuan mereka, di Gedung Putih di Washington, AS (Reuters)

WASHINGTON (Lenteratoday) – Presiden AS Joe Biden bersama Raja Yordania Abdullah terus melakukan upaya untuk mendesak gencatan senjata di Jalur Gaza. Para mediator juga melanjutkan upaya mereka pada hari Selasa (13/02/2024) untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Ancaman serangan darat Israel yang mengancam Rafah menjadi faktor penting dalam perundingan tersebut.

Dikutip Reuters, beberapa sumber yang mengetahui masalah ini mengungkapkan bahwa para pejabat senior dari AS, Mesir, Israel, dan Qatar akan berkumpul di Kairo. Mereka merumuskan kerangka kerja tiga tahap yang bertujuan untuk membebaskan para sandera dan mencapai jeda waktu yang lebih lama.

"Amerika Serikat sedang mengupayakan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas yang akan membawa ketenangan di Gaza setidaknya selama enam minggu," kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih, setelah melakukan pertemuan dengan Abdullah.

Biden menegaskan bahwa dia bekerja keras untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jeda enam minggu dalam konflik dianggap sebagai dasar untuk solusi yang lebih tahan lama.

Abdullah menyoroti pentingnya mengatasi penderitaan warga Palestina, terutama lebih dari satu juta warga sipil yang mengungsi di kota Rafah, Gaza selatan. Hal ini menjadi fokus utama dalam pernyataannya.

"Kita tidak bisa berdiam diri dan membiarkan hal ini terus berlanjut," katanya. "Kami membutuhkan gencatan senjata yang berkepanjangan sekarang. Perang ini harus diakhiri."

Israel meluncurkan operasi militer pada hari Senin di Rafah, dekat perbatasan Mesir. Operasi tersebut berhasil membebaskan dua sandera Israel yang ditahan oleh militan Palestina Hamas.Kedua individu tersebut termasuk di antara 250 orang yang ditahan selama serangan pada 7 Oktober di Israel oleh Hamas, yang memicu perang Israel di Gaza.

Palestine TV, stasiun televisi resmi Otoritas Palestina, melaporkan bahwa 74 orang tewas dalam operasi militer Israel tersebut. Tidak ada konfirmasi langsung dari kementerian kesehatan Gaza mengenai laporan tersebut.

Biden telah mengungkapkan rasa kecewa terhadap Netanyahu yang tidak mengikuti nasihatnya untuk melindungi warga Gaza.

Setelah lebih dari empat bulan perang, sebagian besar daerah tersebut hancur, dengan 28.340 warga Palestina tewas dan 67.984 lainnya luka-luka. Menurut pejabat kesehatan Gaza, lebih banyak korban diduga terkubur di bawah reruntuhan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkuat seruan untuk gencatan senjata dan menolak gagasan pemindahan warga sipil di Rafah. Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan kepada wartawan, "Kami menolak pemindahan paksa warga. Tidak ada tempat yang aman di Gaza saat ini."

"Kita tidak bisa mengirim orang kembali ke daerah yang penuh dengan persenjataan yang belum meledak, belum lagi kurangnya tempat berlindung," lanjutnya (*)

Sumber: Reuters/Penerjemah: Aria (mk)|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.