20 April 2025

Get In Touch

Kota Batu Alami Lonjakan Kasus DBD Januari 2024

Warga Kota Batu saat melakukan Pemberantasan Saran Nyamuk (PSN). (Dok. Dinkes Kota Batu)
Warga Kota Batu saat melakukan Pemberantasan Saran Nyamuk (PSN). (Dok. Dinkes Kota Batu)

BATU (Lenteratoday) - Kota Batu mengalami lonjakan signifikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang bulan Januari 2024. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, Susana Indahwati mengonfirmasi hal itu.

Menurutnya, selama bulan Januari 2024, kasus DBD menyebar di seluruh kecamatan Kota Batu, dengan Kecamatan Batu menjadi wilayah paling terdampak. Terlebih, Susan menyebut situasi semakin kompleks dengan munculnya kasus yang disebabkan oleh virus Dengue, yakni Demam Dengue (DD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).

"Jadi memang meningkat dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun lalu. Kalau yang data untuk Februari ini belum direkap, karena kami menunggu akhir bulan besok," ujar Susan, saat dikonfirmasi melalui sambungan selular, Senin (26/2/2024).

Susan menjelaskan, dalam rentang Januari 2024, temuan kasus Demam Dengue (DD) di Kecamatan Batu mencapai 15 kasus, kemudian 7 kasus di Kecamatan Junrejo, dan di Kecamatan Bumiaji tercatat 3 kasus. Sementara itu, untuk kasus DBD, Kecamatan Batu tercatat sebanyak 26 kasus temuan, Junrejo 7 kasus, dan Bumiaji 1 kasus.

Sedangkan untuk kasus DSS hanya terjadi di Kecamatan Batu, khususnya di Kelurahan Temas, dengan 2 kasus yang salah satunya berujung pada kematian seorang balita berusia 4 tahun.

Dalam konteks ini, Susan menyampaikan, DBD, DD, dan DSS merupakan tiga tahap penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DD merupakan bentuk ringan, menyebabkan demam dan nyeri otot, kemudian DBD merupakan bentuk serius yang melibatkan perdarahan internal. Sementara DSS, merupakan bentuk paling kritis, mengakibatkan syok karena perdarahan dan penurunan tekanan darah yang membahayakan nyawa.

"Apalagi di musim hujan saat ini. Biasanya, tempat-tempat perindukan nyamuk tersebut banyak di tumpukan barang bekas, kaleng bekas, pot tanaman hidroponik, yang ini seringkali kita abaikan padahal ini tempat yang nyaman buat nyamuk untuk berkembangbiak. Meskipun maksudnya sih pingin menciptakan suasana yang indah dan hijau, tetapi kadang kala kita kurang memperhatikan kebersihan airnya," jelas Susan.

Lebih lanjut, Susan mengatakan, kebanyakan masyarakat juga masih sering mengabaikan tempat-tempat penampungan air yang dapat menjadi sarang nyamuk aedes aegypti. Di antaranya yakni saluran pembuangan air yang terletak di belakang lemari pendingin, penampungan air dispenser, bahkan sisa air minum di gelas-gelas.

Oleh karena itu, sebagai langkah nyata untuk menganggulangi penyebaran kasus yang lebih luas. Susan menuturkan bahwa pada Minggu (25/2/2024) kemarin, telah dilakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak, dimulai dari tingkatan terkecil dalam lingkungan, yaitu RT/RW.

"Jadi Ketua RT/RW mengkondisikan warganya untuk bersih-bersih di hari Minggu kemarin. Karena pemberantasan sarang nyamuk juga harus bisa kita lakukan secara serentak agar kita bisa memutus rantai perkembangan nyamuk. Dan kita tahu, nyamuk itu wilayah kerjanya tidak dibatasi. Jadi dia bisa terbang juga ke wilayah tetangga. Maka dari itu, semua wilayah harus kita bersihkan serentak sehingga kita bisa memutus rantai penularannya," papar Susan.

Mengakhiri pernyataannya, Susan juga menekankan, Dinkes Kota Batu telah menyediakan bubuk abate secara gratis yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat. Bubuk abate ini, menurutnya berperan penting dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penyakit. Upaya ini merupakan bagian dari strategi Dinkes untuk mengendalikan populasi nyamuk dan mengurangi risiko penularan DBD.

"Jadi misalnya bak kamar mandi, itu bisa diberikan bubuk abate. Kami menyediakan secara gratis, tidak perlu bayar. Jadi masyarakat bisa mendapatkan bubuk abate ini di puskesmas masing-masing wilayah," tukasnya.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.