20 April 2025

Get In Touch

Mahasiswi Untag Surabaya Teliti Dampak Fenomena TikTok Shop Bagi UMKM

Aisyah Maharani (kanan) bersama dosen pembimbing Dr. Merry Fridha Tri Palupi, M.Si., (kiri) saat menjelaskan terkait fenomena predatory pricing. (Amanah Nur Asiah/Lentera Today)
Aisyah Maharani (kanan) bersama dosen pembimbing Dr. Merry Fridha Tri Palupi, M.Si., (kiri) saat menjelaskan terkait fenomena predatory pricing. (Amanah Nur Asiah/Lentera Today)

SURABAYA (Lenteratoday) - Munculnya fenomena Tik Tok Shop menarik perhatian Aisyah Maharani, mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya untuk melakukan penelitian. 

Lewat penelitian berjudul 'Makna Predatory Pricing di meresponsnya Social Commerce: Studi Fenomenologi pada UMKM Konvensional di Surabaya', mahasiswa yang akrab disapa Aca ini ingin mendalami fenomena predatory pricing yang muncul dalam praktik bisnis di platform social commerce, khususnya pada UMKM konvensional di Surabaya. 

Aca menjelaskan, predatory pricing merupakan fenomena perdagangan yang berorientasi untuk menjual barang dengan harga yang lebih murah daripada harga pasar.

"Latar belakangnya, ketika masyarakat resah dengan maraknya fenomena Tik Tok Shop, sebuah bentuk social commerce yang bisa menjual segala hal, namun bahkan beberapa waktu lalu sempat ditutup," jelas Aca, Selasa (27/02/2024).

Aca juga mengaku bahwa gagasan ini pertama kali muncul setelah berdiskusi dengan dosen pembimbingnya Dr. Merry Fridha Tri Palupi, M.Si., dan Dr. Bambang Sigit Purnomo, S.Sos., M.Si. 

"Inspirasi penelitian ini bermula dari diskusi tentang kekhawatiran yang muncul akibat peralihan toko konvensional ke platform online yang viral, dan kepekaan ini didorong oleh dosen pembimbing saya yang mengamati bahwa harga barang-barang yang dijual melalui social commerce tersebut sangat murah dan mudah dijangkau oleh teknologi," ucap perempuan kelahiran Surabaya, 4 Mei 1993 ini.

Aca mengungkapkan, temuan dari penelitiannya yang menggambarkan dampak dari social commerce tersebut. Dari hasil penelitiannya, menunjukkan adanya perubahan yang signifikan bagi UMKM konvensional, meskipun tidak merata di semua sektor. 

"Sektor yang paling terdampak adalah pelaku usaha di bidang fashion dan makanan. Namun, di bidang kosmetik, fenomena social commerce justru menjadi peluang bagi mereka untuk memperoleh barang dengan harga grosir yang lebih murah untuk kemudian dijual kembali," tuturnya. 

Dengan adanya penelitian ini, Aca berharap agar masyarakat dan pelaki UMKM dapat lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi di masa mendatang. 

"Harapannya, penelitian dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dampak dan implikasi dari predatory pricing dalam konteks bisnis online, serta memberikan wawasan yang berharga bagi pengembangan kebijakan dan strategi bisnis yang lebih berkelanjutan," tukasnya. (*)

Reporter: Amanah Nur Asiah (mg) | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.