20 April 2025

Get In Touch

Terkait Penolakan Pasien Kritis, Wadir RS Hermina Malang Akui Ada Kesalahan Komunikasi

Wakil Direktur RS Hermina Malang, Yuliani Ningsih, Selasa (12/3/2024). (Santi/Lenteratoday)
Wakil Direktur RS Hermina Malang, Yuliani Ningsih, Selasa (12/3/2024). (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - RS Hermina Malang menjadi sorotan setelah dikabarkan menolak pelayanan pada pasien kritis, Wahyu Widiyanto, yang akhirnya meninggal dunia. Wakil Direktur RS Hermina, Yuliani Ningsih, memberikan klarifikasi terkait peristiwa tersebut dan mengakui terjadinya kesalahan komunikasi antara pihak RS dengan pihak keluarga pasien.

"Pertama-tama, kami mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Pak Yanto. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada tim Es Teh Hangat (relawan ambulans) untuk pertolongan kemanusiaan ini. Karena memang kondisi semua pasien kami saat itu emergency," ujar Yuliani, ditemui di RS Hermina Malang, Selasa (12/3/2024).

Diketahui, pihak keluarga menyebutkan bahwa alm. Yanto sama sekali tidak mendapatkan penanganan medis dari RS Hermina. Namun, dalam hal ini Yuliani mengklaim pihak RS telah melakukan pemeriksaan pasien secara langsung saat berada di becak motor (bentor). Yuliani juga mengakui jika dokter jaga RS Hermina saat itu tidak mengenakan pakaian resmi (snelli) sehingga kemungkinan tidak disadari oleh keluarga pasien.

"Pasien tersebut sudah diperiksa oleh dokter kami yang pada saat itu memakai baju biasa. Dan saat datang ke sini memang kondisi Pak Yanto ini sudah kritis. Karena memang dokter kami tidak memperkenalkan diri kalau dia dokter. Tapi artinya, dokter kami ada di tempat itu. Hasil pemeriksaannya memang pasien sudah koma, 111," ungkapnya.

Terhadap klaim keluarga mengenai penuhnya tempat tidur yang disampaikan oleh pihak keamanan dan beberapa perawat RS Hermina. Yuliani menjelaskan bahwa saat itu, pihak RS tengah berupaya menyiapkan tempat tidur khusus dan perlu mentransfer beberapa pasien dari IGD.

"Bukan berarti kami tidak menyiapkan, kami sedang menyiapkan saat itu tapi memang kondisi yang di IGD ini harus ditransfer. Karena ada pasien yang duduk juga. Jadi kondisi saat itu ada pasien duduk sebanyak 3-5, kemudian ada pasien yang memang harus kita transfer tapi memang butuh waktu. Sehingga harus ada tempat tidur (rawat inap) yang diturunkan," terangnya.

Sedangkan, tentang penolakan peminjaman ambulans untuk membawa pasien kritis tersebut ke RS lain, Yuliani lagi-lagi membantah jika RS Hermina menolak meminjamkan ambulans dengan alasan tidak ada.

Di sisi lain, Yuliani mengakui bahwa dalam kondisi emergency, pihak RS merasa kurang dan perlu perbaikan. Hal ini juga dinilainya menyebabkan pasien kritis tak tertangani dengan cepat dan akhirnya meninggal dunia. "Itu mungkin yang harus kita perbaiki (komunikasi). Dan saat pasien itu dibawa ke RSSA, tempat tidur sudah ada di lift itu pak," tegasnya.

Mengakhiri pernyataannya, pihak RS Hermina menilai bahwa konotasi penolakan tidak sepatutnya diberikan. Sebab, ia mengklaim telah melakukan beberapa upaya kepada alm Yanto. "Jadi statement kita menolak, itu mungkin perlu digarisbawahi. Karena pun kami sedang menyiapkan tempat tidur untuk Pak Yanto," tukasnya. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.