20 April 2025

Get In Touch

Beras Analog, antara Alternatif Solusi dan Keamanan Pangan

Ilustrasi Beras Analog Sebagai Alternatif Beras (Shutterstock)
Ilustrasi Beras Analog Sebagai Alternatif Beras (Shutterstock)

SURABAYA (Lenteratoday) - Saat ini, harga kebutuhan pokok terutama beras terus meroket. Salah satu alternatif yang bisa digunakan masyarakat yaitu beras analog.

Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair), Lailatul Muniroh SKM MKes menjelaskan, beras analog, yaitu beras buatan yang dibuat dari bahan baku selain beras, seperti tepung umbi-umbian, tepung kacang-kacangan, dan bekatul. 

"Bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat beras analog adalah tepung umbi-umbian, seperti singkong, ubi jalar, atau talas. Tepung kacang-kacangan, seperti kedelai, kacang hijau, atau kacang merah, bekatul (kulit ari beras yang mengandung serat), vitamin, dan mineral. Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu untuk menciptakan campuran homogen yang siap diolah lebih lanjut,” jelasnya, Rabu (13/03/2024).

Terkait proses pembuatan beras analog terdiri dari beberapa tahap, yaitu pemilihan bahan baku, penggilingan, pencampuran, perebusan atau pemasakan, pengeringan, penggilingan sekunder, penambahan zat gizi, dan penentuan bentuk dan kemasan.

Lailatul menuturkan, setelah memilih bahan baku, campuran tepung kemudian direbus atau dimasak dengan cara tertentu. Misalnya, menggunakan ekstruder, yaitu alat yang dapat mengubah campuran tepung menjadi butiran-butiran seperti beras.

Setelah itu, butiran-butiran tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven atau metode pengeringan lainnya, agar memiliki kadar air yang rendah dan dapat disimpan lebih lama. 

"Butiran-butiran tersebut kemudian dapat digiling sekunder untuk mendapatkan tekstur yang lebih halus, tergantung pada jenis bahan baku dan keinginan produsen,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa beberapa produsen mungkin menambahkan zat gizi, seperti vitamin dan mineral, untuk meningkatkan nilai gizi dari beras analog. 

"Penambahan zat gizi ini bersifat opsional, tergantung pada tujuan dan target pasar produsen. Penambahan zat gizi dapat dilakukan sebelum atau sesudah proses perebusan atau pemasakan. Setelah itu, beras analog dapat ditentukan bentuk dan kemasannya, misalnya dalam bentuk butiran-butiran seperti beras atau dalam bentuk lainnya, kemudian dikemas,” tambahnya.

Dosen FKM Unair itu juga mengatakan jika beras analog di satu sisi dapat dianggap sebagai solusi untuk mengatasi krisis beras. Di sisi lain, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan.

Misalnya penerimaan masyarakat, ketersediaan bahan baku, kesesuaian dengan kebutuhan lokal, harga dan ketersediaan, keberlanjutan produksi, regulasi dan keamanan pangan.

"Beras analog dapat menjadi solusi jika semua aspek tersebut dipertimbangkan dan diatasi dengan baik. Khususnya dalam situasi dimana harga beras biasa meningkat atau ketersediaannya terbatas, beras analog dapat menjadi alternatif yang layak untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun tidak boleh berhenti hanya di alternatif solusi, harus diselesaikan apa yang menjadi akar masalah kenaikan harga beras yang terjadi saat ini,” tukasnya (*)

Reporter: Amanah Nur Asiah (mg)|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.