20 April 2025

Get In Touch

BMKG Prediksi Musim Kemarau di Beberapa Wilayah di Indonesia Mundur

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

JAKARTA (Lenteratoday) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprediksi musim kemarau 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia mundur. jika, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau biasa terjadi di Maret dan April, namun tahun ini baru terjadi di Juli dan Agustus.

Dwikorita menjelaskan wilayah yang awal kemaraunya diprediksikan mundur, antara lain Sumatra Utara, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, sebagian besar Kalimantan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Adapun wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal yaitu di sebagian kecil Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.

Sementara itu, wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di atas normal, yaitu sebagian kecil pesisir selatan Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, besar Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan.

Kalimantan Timur, sebagaian kecil Kalimantan Utara, sebagian selatan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, bagian utara dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, Maluku, Papua Barat, dan sebagian besar Papua Selatan akan mengalami kondisi serupa.

Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau pada Agustus 2024 yaitu meliputi sebagian Sumatra Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua.

“Namun demikian, terdapat beberapa wilayah yang mengalami puncak musim kemarau pada Juli dan September 2024," kata Dwikorita di Jakarta, Minggu (17/3/2024).

Terkait dengan El Nino, Dwikorita menerangkan bahwa hingga awal Maret 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik menunjukkan El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59. “Sedangkan di Samudra Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi netral,” ungkap Dwikorita.

Adapun kondisi suhu muka laut di Indonesia diprediksikan berada dalam kondisi yang lebih hangat, dengan kisaran +0.5 - +2.0 derajat celcius lebih hangat daripada kondisi normalnya.

BMKG, mengimbau Kementerian dan Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau lebih kering ketimbang biasanya. “Wilayah tersebut diprediksi dapat mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air,” jelas Dwikorita.

Pemerintah daerah, menurutnya, dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

“Selain itu, tindakan antisipasi juga diperlukan pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau atas normal (lebih basah dari biasanya). Khususnya untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi,” tutup Dwikorita. (*)

Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.