
JENEWA (Lenteratoday) – Badan Cuaca Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengumumkan "peringatan merah" tentang pemanasan global. Mereka mencatat bahwa ada peningkatan yang mencapai rekor tahun lalu dalam gas rumah kaca, suhu tanah dan air, serta melelehnya gletser dan es laut.
Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (20/3/2024), Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan dalam laporan yang dirilis pada hari Selasa (19/3/2024) bahwa kemungkinan besar tahun 2024 akan mencatat rekor suhu tertinggi yang pernah tercatat. Mereka juga memperingatkan bahwa upaya global untuk membalikkan hal ini masih belum cukup.
Badan yang berbasis di Jenewa itu menyuarakan keprihatinannya dalam laporan State of the Global Climate.
Laporan tersebut menyatakan bahwa tujuan iklim yang krusial, yaitu membatasi pemanasan planet tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius dari tingkat pra-industri, semakin terancam.
"Belum pernah kita sedekat ini - meskipun untuk sementara waktu saat ini - dengan batas bawah 1,5C dari Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim," kata Celeste Saulo, sekretaris jenderal WMO. "Komunitas WMO membunyikan tanda bahaya kepada dunia."
Omar Baddour, kepala pemantau iklim WMO, menyatakan bahwa tahun setelah kejadian El Nino cenderung lebih hangat. El Nino adalah siklus pemanasan Samudra Pasifik yang mempengaruhi pola cuaca global.
"Jadi kita tidak bisa mengatakan secara pasti bahwa 2024 akan menjadi tahun terpanas. Tapi apa yang akan saya katakan: Ada kemungkinan besar bahwa tahun 2024 akan kembali memecahkan rekor tahun 2023, tetapi mari kita tunggu dan lihat saja," katanya. "Januari lalu adalah Januari terpanas yang pernah tercatat. Jadi, rekor masih bisa dipecahkan."
Menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa, periode 12 bulan dari Maret 2023 hingga Februari 2024 telah mencatat suhu rata-rata yang melebihi batas 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, yakni sebesar 1,56 derajat Celsius.
Telah diumumkan bahwa tahun kalender 2023 mengalami suhu rata-rata sebesar 1,48 derajat Celsius, berada di bawah batas 1,5 derajat Celsius. Namun, awal yang memecahkan rekor pada tahun ini telah mendorong rata-rata suhu selama periode 12 bulan melampaui batas tersebut.
Pada tahun 2023, lebih dari 90 persen wilayah laut mengalami gelombang panas setidaknya satu kali.
Gletser yang diamati sejak tahun 1950 mengalami pencairan es terbesar dalam sejarah pengamatan. Pencairan es laut di Antartika menyebabkan samudera tersebut mencapai level jumlah es terendah yang pernah tercatat.
Menurut WMO, dampak dari gelombang panas, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan siklon tropis, yang semakin diperparah oleh perubahan iklim, telah dirasakan di berbagai belahan bumi pada tahun 2023
Namun, badan tersebut juga mengakui adanya "secercah harapan" untuk mencegah pemanasan global yang berlebihan.
Kapasitas pembangkit energi terbarukan dari sumber seperti angin, matahari, dan air telah meningkat hampir 50 persen dari tahun 2022 menjadi 510 gigawatt dari 205 gigawatt.
Laporan tersebut dirilis sebelum konferensi para ahli iklim dan menteri pemerintah di Kopenhagen, Denmark, yang dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis (14/3/2024) dan Jumat (15/3/2024). Pertemuan tersebut bertujuan untuk menggalakkan langkah-langkah lebih lanjut dalam memerangi pemanasan global, termasuk peningkatan komitmen nasional.
"Bumi mengeluarkan panggilan darurat," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Laporan Keadaan Iklim Global terbaru menunjukkan bahwa planet ini berada di ambang batas. Polusi bahan bakar fosil menyebabkan kekacauan iklim di luar kendali."
Sumber: Al Jazeera
Penerjemah: Aria (mk)/Editor:widyawati