
LIMA (Lenteratoday) - Fosil lumba-lumba sungai raksasa yang ditemukan di Peru, yang memiliki hubungan kekerabatan terdekat dengan lumba-lumba di Asia Selatan, memberikan petunjuk tentang ancaman kepunahan di masa depan.
Para ilmuwan telah menemukan fosil tengkorak lumba-lumba sungai raksasa, dari spesies yang diperkirakan berasal dari lautan dan mencari penghidupan di sungai Amazon, Peru, 16 juta tahun yang lalu. Spesies yang telah punah ini memiliki panjang hingga 3,5 meter, menjadikannya lumba-lumba sungai terbesar yang pernah ditemukan, dikutip dari The Guardian, Selasa (26/3/2024).
Penemuan spesies baru ini, Pebanista yacuruna, menyoroti risiko yang membayangi lumba-lumba sungai yang tersisa di dunia, yang semuanya menghadapi ancaman kepunahan yang sama dalam 20 hingga 40 tahun ke depan, menurut penulis utama penelitian baru yang diterbitkan di Science Advances pada hari Rabu (20/3/2024).
Aldo Benites-Palomino salah seorang anggota tim, mengatakan bahwa lumba-lumba tersebut termasuk dalam keluarga lumba-lumba Platanistoidea yang biasa ditemukan di lautan antara 24 juta hingga 16 juta tahun yang lalu.
Lumba-lumba sungai yang masih hidup adalah "sisa-sisa dari apa yang dulunya merupakan kelompok lumba-lumba laut yang sangat beragam", katanya, yang diperkirakan telah meninggalkan lautan untuk menemukan sumber makanan baru di sungai-sungai air tawar.
"Sungai adalah pintu keluar … bagi fosil purba yang kami temukan, dan sama halnya dengan semua lumba-lumba sungai yang hidup saat ini."
Benites-Palomino menemukan fosil tersebut di Peru pada tahun 2018 ketika ia masih berstatus mahasiswa. Dia sekarang sedang mengerjakan disertasi doktoral di departemen paleontologi Universitas Zurich, dan mengatakan bahwa makalah penelitiannya tertunda karena pandemi.
Dia pertama kali melihat bagian dari fosil tersebut, yaitu sebuah fragmen rahang, ketika sedang berjalan-jalan dengan seorang rekannya. "Segera setelah saya mengenalinya, saya melihat rongga gigi. Saya berteriak, 'ini lumba-lumba'. Kami tidak bisa mempercayainya.
"Kemudian kami menyadari bahwa lumba-lumba tersebut tidak terkait dengan lumba-lumba merah muda sungai Amazon," katanya. "Kami [telah] menemukan seekor hewan, seekor raksasa, yang kerabat terdekatnya yang masih hidup berjarak 10.000 km jauhnya di Asia Tenggara."
Marcelo R Sánchez-Villagra, direktur departemen paleontologi Universitas Zurich, mengatakan bahwa penemuan ini sangat menarik. "Setelah dua dekade bekerja di Amerika Selatan, kami telah menemukan beberapa bentuk raksasa dari wilayah tersebut, tetapi ini adalah lumba-lumba pertama dari jenisnya," katanya.
Fosil tersebut, kata Benites-Palomino, luar biasa karena ukurannya dan karena tidak ada hubungannya dengan lumba-lumba sungai yang sekarang berenang di perairan yang pernah dihuninya.
Masalah bersama yang dihadapi lumba-lumba sungai - termasuk kerabat terdekat fosil yang masih hidup, yang berenang di sungai Gangga dan Indus - adalah risiko kepunahan yang akan segera terjadi. Pembangunan perkotaan, polusi, dan pertambangan adalah penyebab utama, katanya, dan telah mendorong lumba-lumba sungai Yangtze menuju kepunahan.
Sumber: The Guardian/Penerjemah: Lambang-mk|Editor: Arifin BH