
SURABAYA (Lenteratoday) - Sri Fatmawati SSi MSc PhD merupakan dosen dari Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang kerap melakukan pengembangan riset kimia bahan alam.
Belum lama ini, ia dinyatakan menjadi pemenang di ajang Female Science Talents Intensive Tracks 2024.
Female Science Talents Intensive Track merupakan penghargaan yang diberikan oleh yayasan asal Jerman, The Falling Walls Foundation, kepada 20 perempuan berbakat lulusan doktor dari seluruh dunia di berbagai disiplin ilmu. Melalui penghargaan ini, para pemenang diberikan pendampingan karir, kesempatan berpartisipasi dalam acara tingkat tinggi di Berlin, Jerman serta perluasan relasi di taraf internasional dan meningkatkan pengakuan global.
Perempuan yang akrab disapa Fatma ini berhasil menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia di antara 20 pemenang yang datang dari 15 negara berbeda. Menariknya, ia sekaligus menjadi ilmuwan perempuan Indonesia pertama yang berhasil menyabet gelar prestisius ini.
“Untuk penganugerahan pemenang secara langsung akan diserahkan di Berlin, Jerman, Mei mendatang,” ungkapnya, Minggu (21/4/2024).
Dosen Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Sintesis (KIBAS) Departemen Kimia ITS ini menuturkan bahwa penghargaan tersebut tidak menitikberatkan pada satu topik riset saja. Menurutnya, intensive track ini lebih menilai dedikasi yang diberikan oleh para ilmuwan di bidangnya secara umum.
Meski demikian, pada seleksi penghargaan ini Fatma sendiri masih membawa konsentrasinya pada riset produk lokal Indonesia yang telah digelutinya selama 22 tahun, yakni jamu.
Dalam riset yang termasuk ke dalam topik kimia bahan alam ini mempelajari berbagai hal terkait peningkatan kualitas bahan, bioaktivitas teknologi pembuatan jamu, pemberdayaan sumber daya petani hingga kolaborasi industri. Peraih Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2023 ini menilai bahwa melalui riset jamu, ia menemukan banyak fakta menarik yang menepis stigma bahwa jamu hanya sekadar minuman tradisional yang kuno.
Fatma mejelaskan salah satu produk jamu yang dikembangkannya adalah jamu MeniTemu yang merupakan gabungan tanaman meniran dan temulawak. Dengan kandungan filantin serta xantorizol dari kombinasi dua tanaman tersebut, MeniTemu mampu meningkatkan imunitas tubuh serta menjaga fungsi hati dari penikmatnya.
“Selain MeniTemu, masih banyak produk jamu dengan bahan lainnya juga yang kami riset,” jelas perempuan kelahiran Sampang, 3 November 1980 ini.
Dalam perjalanannya, Fatma mengaku bahwa tak jarang menemui berbagai tantangan, termasuk infrastruktur fundamental riset yang belum memadai. Meski demikian, dengan tekad yang kuat dan kolaborasi dengan berbagai pihak, Fatma dapat terus melanjutkan riset dan menghadirkan beragam terobosan baru.
“Termasuk bantuan dari ITS lewat Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS,” ucap perempuan yang juga pernah dinobatkan sebagai salah satu peneliti wanita terbaik di dunia tahun 2016 lalu tersebut.
Ke depan, Wakil Kepala Pusat Penelitian Agri-pangan dan Bioteknologi ITS ini berharap riset jamu akan terus berkembang dengan teknologi yang lebih maju dan mampu memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat. Bagi Fatma, jamu bukan hanya sekadar warisan tetapi terdapat fakta ilmiah yang bisa dibuktikan. “Semoga lewat penghargaan ini akan menjadi batu loncatan yang signifikan bagi perluasan riset jamu dan tanaman herbal Indonesia,” tukasnya.
Reporter: Amanah (mg)/Editor: widyawati