
Oleh: Andhika Wahyudiono*
Dalam era informasi yang dipenuhi dengan arus informasi digital yang melimpah, masyarakat Indonesia dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengakses, mencari, dan menyaring informasi sebelum memanfaatkannya atau mendistribusikannya ke berbagai platform digital.
Hal ini merupakan inti dari upaya literasi digital yang sangat penting untuk membendung penyebaran berita palsu atau hoaks. Dalam sebuah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat di Kabupaten Mamuju Tengah, technopreneur Erlan Primansyah menggarisbawahi pentingnya kemampuan berpikir kritis dan kewaspadaan terhadap informasi yang diterima dari media sosial atau internet.
Menurut Erlan, para pengguna digital harus senantiasa mempertahankan rasa curiga dan kemampuan berpikir kritis terhadap setiap informasi yang mereka temui di media sosial atau internet. Terutama, Erlan menekankan pentingnya untuk berhati-hati terhadap informasi yang berasal dari akun media sosial yang tidak jelas atau tidak dikenal. Strategi untuk melawan hoaks, menurutnya, adalah dengan menyaring informasi sebelum membagikannya ke orang lain. Erlan juga menekankan pentingnya untuk selalu melakukan verifikasi informasi sebelum dipercayai atau disebarluaskan.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi hoaks adalah dengan berhati-hati terhadap judul yang provokatif, karena hoaks sering kali menggunakan judul sensasional yang bertujuan untuk memancing perhatian. Erlan juga menyarankan untuk memeriksa keaslian foto dan video serta memeriksa alamat situs periksa fakta yang dapat dipercaya. Selain itu, bergabung dengan grup diskusi anti-hoaks juga dapat membantu dalam membangun kesadaran dan kecerdasan kolektif dalam menghadapi penyebaran berita palsu.
Dalam diskusi daring tentang 'Lawan Hoaks di Media Sosial', Erlan mendorong para siswa untuk tidak sembarangan mempercayai dan menyebarkan pesan atau postingan yang mereka temui di media sosial. Dia mengajak mereka untuk selalu melakukan konfirmasi kepada orang yang lebih ahli jika merasa ragu dengan informasi yang diterima. Erlan juga menekankan pentingnya untuk selalu mencari informasi melalui sumber yang terpercaya dan membagikan berita yang benar dan terpercaya kepada orang lain.
Dari perspektif pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju Tengah, Busdir, menyoroti pentingnya kecakapan dalam menggunakan media digital secara etis dan bertanggung jawab sebagai bagian dari literasi digital. Dia menekankan bahwa era digital ditandai dengan maraknya penggunaan gadget oleh siswa, dan oleh karena itu literasi digital perlu terus diajarkan kepada generasi muda untuk memastikan bahwa mereka dapat menggunakan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab.
Sementara itu, Mom Influencer Ana Livian menyoroti pentingnya mengenali ciri-ciri berita hoaks di media sosial, seperti kalimat yang bombastis, kata permintaan 'viralkan', dan manipulasi foto atau video. Dia juga mengingatkan bahwa menyebarkan berita palsu secara sengaja dapat berakibat pada konsekuensi hukum yang serius sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Webinar literasi digital di Mamuju Tengah ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang bertujuan untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Hingga akhir tahun 2023, telah tercatat sebanyak 24,6 juta orang yang telah mengikuti program peningkatan literasi digital sejak dimulainya pada tahun 2017. GNLD ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat literasi digital masyarakat Indonesia hingga mencapai 50 juta orang pada akhir tahun 2024.
Dalam konteks zaman di mana teknologi informasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, pentingnya literasi digital menjadi semakin nyata. Masyarakat Indonesia dihadapkan pada arus informasi digital yang melimpah, yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi, mengakses informasi, dan membentuk opini. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memiliki pemahaman yang memadai tentang literasi digital agar dapat memilah dan memahami informasi yang ditemui di media sosial atau internet.
Literasi digital tidak sekadar tentang kemampuan teknis dalam menggunakan perangkat digital, tetapi juga tentang kemampuan kritis untuk menyaring informasi yang diperoleh dari berbagai platform digital. Ini melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menghindari penyebaran berita palsu atau hoaks yang dapat merugikan individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Dengan literasi digital yang kuat, masyarakat dapat lebih cerdas dan bijak dalam mengonsumsi informasi, serta mampu mengidentifikasi dan menanggapi dengan tepat terhadap berbagai tantangan yang muncul di era digital ini.
Upaya untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia memerlukan pendekatan yang berkelanjutan dan komprehensif. Ini mencakup edukasi formal di sekolah-sekolah, pelatihan bagi masyarakat umum, dan kebijakan yang mendukung lingkungan digital yang aman dan beretika. Selain itu, perlu juga adanya kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk menciptakan ekosistem literasi digital yang kuat dan inklusif.
Dalam proses meningkatkan literasi digital, penting untuk memperhatikan aspek-aspek kritis seperti kemampuan analisis, pemahaman tentang privasi dan keamanan data, serta etika dalam berinteraksi di dunia maya. Dengan memperkuat kemampuan-kemampuan ini, masyarakat dapat menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi informasi, serta lebih waspada terhadap berbagai risiko yang terkait dengan penggunaan internet.
Selain itu, literasi digital juga berkaitan erat dengan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di dunia maya. Masyarakat yang memiliki literasi digital yang baik akan lebih mampu untuk berpartisipasi dalam diskusi publik, memperjuangkan hak-hak mereka secara online, dan mengambil keputusan yang cerdas dalam situasi yang kompleks.
Namun, meningkatkan literasi digital bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan ini. Pemerintah perlu menyediakan sumber daya dan dukungan kebijakan yang memadai, sedangkan lembaga pendidikan dan pelatihan harus mengembangkan kurikulum dan program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, sektor swasta juga dapat berperan dalam menyediakan platform dan layanan yang mendukung literasi digital, sementara masyarakat sipil dapat berperan dalam mengedukasi dan memberdayakan individu-individu untuk menjadi lebih cerdas dalam menggunakan teknologi informasi.
Pentingnya literasi digital juga terlihat dalam konteks pembangunan ekonomi dan sosial. Masyarakat yang memiliki keterampilan digital yang baik akan lebih mudah untuk memanfaatkan peluang-peluang ekonomi yang ditawarkan oleh revolusi industri 4.0. Mereka akan lebih mampu untuk mencari pekerjaan, menjalankan bisnis, dan berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi nasional.
Selain itu, literasi digital juga dapat membantu dalam mengatasi kesenjangan digital yang masih terjadi di masyarakat. Dengan memberdayakan individu-individu dari berbagai lapisan masyarakat untuk memiliki akses dan kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan merata dalam partisipasi mereka dalam dunia digital.
Dalam menghadapi tantangan dan peluang di era digital ini, penting untuk diingat bahwa literasi digital bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu menciptakan masyarakat yang cerdas, berdaya saing, dan inklusif dalam menghadapi perubahan zaman. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi digital harus terus dilakukan secara berkelanjutan, dengan memperhatikan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
*) Dosen UNTAG Banyuwangi