
BATU (Lenteratoday) - Sektor pertanian di Kota Batu tengah menghadapi tantangan terkait regenerasi petani milenial, dengan jumlah petani muda yang saat ini kurang dari 10 persen dari total jumlah petani di Kota Batu.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu, Puspa Permanasari, Senin(1/7/2024).
Menurut Puspa situasi ini tidak hanya mengkhawatirkan untuk keberlanjutan sektor pertanian, tetapi juga menunjukkan adanya hambatan yang cukup signifikan dalam upaya meregenerasi tenaga kerja pertanian di Kota Batu.
"Kami khawatir jumlah ini akan terus menurun dan berdampak pada regenerasi petani. Dari pendataan, ada 19 ribu lebih orang yang bekerja di sektor pertanian. Termasuk didalamnya peternak dan ditambah 4.000 buruh tani, menjadi total 23 ribu orang," ujar Puspa.
Puspa menjelaskan verifikasi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian menemukan data, bahwa mayoritas petani di Kota Batu merupakan mereka yang berusia paruh baya. Berbeda dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang mencatat jumlah pekerja di sektor pertanian lebih rendah dari yang diperkirakan.
Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan ini, menurutnya DPKP Kota Batu telah melakukan penyuluhan dan pengecekan ulang, yang hasilnya menemukan sekitar 800 petani milenial. Namun, Puspa menyebutkan sebagian besar dari mereka tidak produktif atau tidak memiliki data komoditas yang jelas.
"Yang terdata di kami pun, didapati banyak yang usia 40 tahunan keatas. Sedangkan petani muda yang berhasil terdeteksi dengan lengkap termasuk komoditas dan jenis pertaniannya, hanya sekitar 100 orang," tambah Puspa.
Puspa menegaskan untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian, regenerasi petani harus mencapai setidaknya 30 persen dari total jumlah petani di Kota Batu.
"Dispangtan terus berupaya untuk mendorong minat generasi muda, untuk terlibat lebih aktif dalam pertanian melalui berbagai program dan pelatihan," paparnya.
Namun minimnya minat dari kalangan milenial, menjadi tantangan besar yang harus diatasi. Faktor-faktor seperti urbanisasi dan persepsi negatif terhadap pekerjaan petani, menjadi penghalang utama dalam menarik minat generasi muda untuk bergabung dalam sektor ini.
Selain itu, tantangan lainnya yakni kurangnya akses terhadap teknologi dan pembiayaan yang memadai bagi petani muda.
"Hal ini membuat mereka enggan atau kesulitan untuk memulai usaha pertanian, meskipun memiliki keinginan dan potensi," pungkas Puspa.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais