
PALEMBANG (Lenteratoday) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 2022 di Sumatera Selatan berkontribusi merugikan ekonomi Indonesia sebesar Rp 42,7 miliar.
"Dampak kerugian ekonomi yang timbul akibat karhutla di Sumsel di tahun 2022 mencapai Rp 42,7 miliar, dengan kerugian terbesar terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang mencapai Rp11,4 miliar," kata kata Airlangga saat konferensi dalam melakukan kunjungan kerja ke Kota Palembang untuk mengikuti apel dan simulasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta pemberian CSR Alat Pemadam Kebakaran untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel di Griya Agung, Rumah Dinas Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Sabtu (20/7/2024).
Untuk menghindari peristiwa tersebut terulang lagi, maka Airlangga meminta pada semua unsur untuk bergerak melakukan deteksi dini, sekaligus melakukan pemantauan di area-area yang rawan titik panas (hotspot).
Selain itu, dia juga meminta supaya selalu memperbarui informasi terkait kondisi di lapangan dengan memanfaatkan teknologi terkini. "Manfaatkan teknologi untuk monitoring pengawasan dengan sistem dasbor, pemanfaatan artificial intelligence (AI), dan penerapan business continuity management system (BCMS) untuk pemulihan cepat bila terjadi gangguan pelayanan publik," ujar dia.
Dia mengarahkan agar unsur pemerintahan atau Forum Komunikasi Pemimpin Daerah (Forkopimda), TNI, Polri dan unsur di bawah seperti Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan mengarahkan kepala desa juga turut dilibatkan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan ini.
Kemudian, edukasi juga perlu terus dilakukan. Dia menandaskan semua pihak juga harus mencari solusi permanen untuk mencegah dan menangani kebakaran hutan dan lahan ini untuk tahun-tahun mendatang.
Untuk itu dia menekankan supaya penegakan hukum harus dilakukan tanpa kompromi. "Penegakan hukum yang tegas terhadap siapapun yang melakukan pembakaran hutan dan lahan, baik itu di konsesi milik korporasi, milik perusahaan, maupun di masyarakat, sehingga timbul efek jera," kata Ketua Umum Partai Golongan Karya atau Golkar itu.
Kondisi wilayah Sumatera Selatan memiliki topografi beragam, dengan dataran tinggi di barat yang berada di Bukit Barisan dan juga dataran rendah di timur serta ekosistem mangrove dan lahan gambut yang luas. Hal ini menurut Airlangga menjadikan tanah Sumatera Selatan subur dan menghasilkan berbagai produk perkebunan, pertanian, perikanan, serta pertambangan.
"Kekayaan alam ini perlu dikelola dengan baik untuk kemajuan daerah dan kemakmuran masyarakat. Penataan ekosistem gambut dalam kawasan hidrologi gambut harus terus dilanjutkan, pengelolaan tata air gambut, dan canal blocking."
Namun, kondisi geografis ini juga membawa tantangan, Airlangga menyebutkan jika Sumsel juga terancaman banjir dan tanah longsor saat musim hujan, serta kekeringan dan kebakaran hutan saat musim kemarau, terutama di lahan gambut yang mudah terbakar.
Kebakaran besar di lahan gambut dapat menyebabkan kabut asap yang merugikan berbagai sektor, seperti kesehatan, perhubungan, dan sosial ekonomi karena gangguan pada jalur transportasi. "Kejadian ini perlu ditangani dengan aksi nyata agar dampaknya dapat diminimalisir atau dihilangkan," tutup Airlangga. (*)
Sumber : Tempo | Editor : Lutfiyu Handi