
SURABAYA (Lenteratoday) – Kasus gangguan jiwa pada anak-anak berkaitan dengan paparan pornografi banyak ditemukan di Jawa Timur. Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno, menyerukan perhatian penuh dari pemerintah provinsi untuk menangani permasalahan tersebut.
"Mulai banyak anak-anak yang menderita gangguan jiwa utamanya berkaitan dengan pornografi. Saya pernah mengecek di salah satu sekolah, dari 2000 anak, 500 terjadi gejala gangguan jiwa," ungkap Sri Untari, Selasa (23/7/2024).
Sementara, ditingkat nasional berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) pada 2021 lalu mengungkapkan 66,6 persen anak laki-laki dan 62,3 persen anak perempuan di Indonesia menyaksikan kegiatan seksual (pornografi) melalui media daring (online). Data tersebut berdasarkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) KPPPA.
Data tersebut juga mengungkapkan 34,5 persen anak laki-laki pernah terlibat pornografi atau mempraktikkan langsung kegiatan seksual, dan 25 persen anak perempuan. Angka ini menunjukkan bahwa anak laki-laki dan anak perempuan tersebut sudah pernah terlibat pornografi, baik itu pencabulan maupun hal lainnya.
Dijelaskan persoalan ini makin kompleks dengan perkembangan teknologi yang makin pesat bahwa pornografi merupakan salah satu bisa merusak masa depan anak.
KPPPA juga mencatat dalam Sistem Informasi Prlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), selama 10 bulan tahun 2021 ada 11.149 kasus kekerasan terhadap anak. Bila dibagi dalam 10 bulan, dalam sebulan ada 1.000 kasus per hari.
Sementara, pada 2023, kasus kesehatan mental dan jiwa pada kalangan usia anak hingga remaja di Surabaya akibat pengaruh game, internet, hingga pornografi, meningkat. Ini bisa dilihat dari adanya peningkatan pasien anak hingga remaja yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur sepanjang 2023, dikutip dari kumparan.
Jumlah pasien jiwa anak hingga remaja maksimal usia 18 tahun sebanyak 892 pasien pada triwulan pertama, meningkat jadi 1.408 di triwulan kedua, dan 2.465 triwulan ketiga.
Melihat kondisi ini, politisi PDI Perjuangan tersebut menegaskan bahwa langkah-langkah yang konkret perlu diambil untuk mengatasi masalah gangguan jiwa pada anak-anak.
"Maka tadi saya minta sepenuhnya supaya pemprov memberi perhatian penuh pada RS Jiwa Menur, bahkan saya minta sinergitas dengan Dinas Pendidikan dengan RS Jiwa dan sekolah milik provinsi dilakukan assessment," ujarnya.
Sri Untari menekankan bahwa dukungan terhadap Menur harus dilakukan secara menyeluruh. Menur sebagai rumah sakit jiwa milik provinsi diharapkan dapat memainkan peran penting dalam penanganan dan pencegahan gangguan jiwa pada anak-anak.
Selain itu, Sri Untari juga mengingatkan pentingnya sinergi antara Dinas Pendidikan dan rumah sakit jiwa dalam melakukan assessment terhadap sekolah-sekolah untuk mendeteksi dan menangani kasus gangguan jiwa sejak dini.
"Karena anak-anak adalah masa depan kita. Bila terdapat banyak gangguan, bagaimana ke depan?" Imbuhnua.
Perempuam yang juga Ketua Dekopin RI tersebut menyatakan bahwa tujuan utama dari perhatiannya terhadap masalah ini adalah untuk memastikan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan kualitas yang baik, baik secara fisik maupun mental.
"Di hari ini saya ingin anak-anak betul menjadi kualitas yang cukup, tumbuh dan berkembang sebagai generasi penerus agar Indonesia memiliki anak yang sehat jiwa dan raga," pungkasnya. (*)
Reporter: Lutfi/Pradhita | Editor : Lutfiyu Handi