
SURABAYA (Lenteratoday) - Sebanyak 193 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) menjalani program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di 13 wilayah di Jawa Timur.
Ketua Program MBKM FKH Unair, Prof Dr Widjiati drh MSi, menuturkan kegiatan MBKM ini merupakan bagian dari pembelajaran wajib bagi mahasiswa FKH semester tujuh. Bahkan sebelum diterjunkan, para mahasiswa diberikan pembekalan sebagai persiapan untuk terjun langsung ke lapangan.
“Program MBKM ini wajib diikuti seluruh mahasiswa semester tujuh. Total ada 193 mahasiswa, dan mereka akan diterjunkan ke 13 wilayah di Jatim. Dalam proses program ini juga melibatkan 28 dosen pembimbing internal FKH dan dosen eksternal yang merupakan alumni,” kata Prof Widji, Rabu (28/8/2024).
Prof Widji menjelaskan, salah satu pembekalan yang diberikan kepada para mahasiswa ini yaitu sosialisasi serta antisipasi mengenai gempa Megathrust. Hal ini mengingat, nantinya mahasiswa akan diturunkan di wilayah-wilayah selatan Jawa Timur, yang berpotensi terdampak gempa.
Menurutnya, adanya sosialisasi ini penting, sebagai kesiapsiagaan mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan mengerti dan dapat menjawab jika ada pertanyaan mengenai gempa oleh masyarakat daerah setempat.
“Untuk itu, kami undang perwakilan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Jawa Timur untuk memberikan sosialisasi mengenai gempa Megathrust yang akhir-akhir ini ramai,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama Perwakilan BMKG Jawa Timur, Satrio Happrobo menyampaikan bahwa gempa yang diprediksi dengan magnitudo yang cukup tinggi itu disebabkan karena adanya pergerakan lempeng bumi.
“Pergerakan lempeng itu memang akan terus bergerak. Ada tumbukan lempeng dan ada zona cincin api atau ring of fire yang masih aktif, beberapa diantaranya yakni seperti di gambar yang meliputi wilayah selatan pulau Sumatera dan Jawa,” tutur Satrio.
Megathrust sendiri merupakan sebutan bagi sumber terjadinya gempa di zona subduksi lempeng. Lanjur subduksi yang memiliki kedalaman dangkal kurang dari 50 kilometer, landai, dan menukik.
“Seperti deskripsinya, megathrust ini lajur subduksinya landai tapi menukik, atau disebut juga sebagai zona benioff. Zona Subduksi ini dianalogikan sebagai patahan naik yang besar, hingga disebut sebagai zona megathrust,” jelas Satrio.
Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan para mahasiswa dapat mengedukasi masyarakat, serta mempersiapkan diri agar siap dan siaga apabila bencana tersebut terjadi. (*)
Reporter: Amanah | Editor : Lutfiyu Handi