
SURABAYA (Lenteratoday) – Sebagai salah satu perguruan tinggi nasional, Universitas Airlangga (Unair) berkomitmen penuh dalam mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sejak akhir Januari 2020 ini, menjadi salah satu incaran setiap mahasiswa di perguruan tinggi karena dapat mengembangkan diri sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.
Direktur Pendidikan Unair, Prof Dr Sukardiman, MS Apt mengatakan bahwa terdapat sembilan jenis program MBKM yang telah berjalan di Unair.
Kesembilan program tersebut di antaranya: pembelajaran lintas Prodi-Lintas Rumpun Ilmu, pertukaran mahasiswa, magang/praktik industri, asistensi mengajar, penelitian/riset, proyek kemanusiaan, wirausaha, studi/proyek independen, membangun desa/KKN tematik.
Prof Sukardiman menyebut, salah satu program MBKM yang paling banyak menarik minat mahasiswa adalah MSIB (Magang dan Studi Independen Bersertifikat).
“Paling banyak adalah magang bersertifikat. Alhamdulillah target kita sebenarnya 30 persen dari total mahasiswa yang punya hak ikut MBKM. Tetapi kita capaiannya di atas 33 persen artinya hampir setiap tahun selalu ada tren kecenderungan meningkat,” sebutnya, Rabu (11/9/2024).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dalam MSIB, mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk menjajal dunia profesional di berbagai perusahaan maupun instansi pemerintah. "Mahasiswa yang mengikuti program ini akan mendapatkan segudang manfaat, mulai dari pengalaman kerja, jejaring baru, hingga kesempatan menjadi sebagai karyawan tetap," jelasnya.
Sementara untuk pogram lain yang juga menjadi incaran adalah pertukaran mahasiswa. Ia menuturkan, jika ada dua jenis pertukaran, yakni Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dalam negeri dan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) atau pertukaran mahasiswa luar negeri.
"Untuk program pertukaran mahasiswa ini, mahasiswa akan mendapatkan pendanaan penuh dari pemerintah serta berhak mendapatkan pengakuan konversi mata kuliah," tuturnya.
Bagi mahasiswa yang memiliki minat dan kemampuan mengajar, mereka dapat memilih program MBKM lainnya yakni Kampus Mengajar. Pada program ini, mahasiswa akan menghabiskan satu semester untuk mengajar di sekolah dasar serta mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah.
"Semua mahasiswa yang mengikuti program MBKM akan mendapatkan hak sama. Hak tersebut adalah mendapatkan pengakuan mata kuliah sebanyak maksimal 40 SKS (satuan kredit semester) atau setara dengan dua semester. Untuk itu, mahasiswa tidak perlu khawatir akan mengulur lama masa kuliah," ucapnya.
Tak hanya itu, Prof Sukardiman menilai bahwa program MBKM memberikan manfaat positif bagi mahasiswa, salah satunya adalah keterampilan baru. Pasalnya, mahasiswa yang belajar di luar program studi akan berjejaring dengan pihak lain dengan lingkup yang lebih luas dan beragam.
“Jika kita lihat output sebenarnya mahasiswa yang belajar di luar program studi akan memiliki keterampilan baru,” ungkapnya.
Di sisi lain, mahasiswa juga akan mendapatkan kemampuan profesional yang terbukti dengan adanya portofolio dan pengalaman. Dengan demikian, secara langsung maupun tidak, dengan mengikuti MBKM mereka juga tengah mempersiapkan diri untuk menjemput karier dan masa depan.
“Mereka juga akan punya skill profesional sesuai ilmu yang mereka pelajari. Jadi, nanti misalnya tidak perlu ada pelatihan kerja karena memang sudah pernah atau berpengalaman bekerja,” tutupnya. (*)
Reporter: Amanah | Editor : Lutfiyu Handi