
SURABAYA (Lenteratoday)- Dalam upaya pemberdayaan ekonomi untuk guru honorer atau Guru Tidak Tetap (GTT) jenjang SMA/SMK/SLB, Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur menciptakan terobosan baru berupa Program Terapan Ekonomi untuk Guru (PROTEG).
Dalam pembuatan trobosan tersebut, Dindik Jatim
menggandeng Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam pelaksanaan program.
Kepala Dindik Jatim, Aries Agung Paewai, mengatakan adanya program tersebut bertujuan mendorong peningkatan taraf ekonomi guru honorer maupun GTT. Sehingga, hal ini menjadi jawaban atas kesenjangan pendapatan yang terjadi antara guru honorer dan guru tetap.
Tak hanya itu, beberapa faktor lain dari kajian Dindik Jatim seperti kondisi ekonomi guru honorer keterbatasan akses terhadap sumber daya, potensi kreatif, pentingnya pengembangan keterampilan juga melatar belakangi adanya program dicetuskan.
"Kita menyadari bahwa standar pendapatan guru honorer masih di bawah upah minimum. Karena itu, dibutuhkan keterampilan tambahan di bidang entrepreneur agar dapat menunjang kemandirian ekonomi tenaga pendidik," ucap Aries, Senin (30/9/2024).
Pria yang juga menjabat sebagai Pj Wali Kota Batu ini berharap, para guru yang mengikuti program dapat serius mencermati seluruh materi pelatihan. Sehingga, selesai pelatihan segera dapat memulai rintisan start up di bidang ekonomi kreatif.
"Sesuai dengan namanya terapan, maka saya berharap program ini dilaksanakan secara aplikatif dan tidak terlalu teoritis. Karena syarat menjadi start up bisnis itu dengan memulai bisnis itu sendiri," tuturnya.
Tak hanya itu, Aries juga berharap para guru tidak melupakan fungsi utamanya sebagai tenaga pendidik. Karena mendidik sejatinya tidak hanya soal pekerjaan di satuan pendidikan, melainkan pengabdian untuk melahirkan generasi emas di masa depan.
"Jangan sampai sudah sukses bisnisnya, kemudian lupa dengan tugas mendidiknya. Insyallah guru-guru di Jatim memiliki spirit pengabdian yang kuat dan ikhlas," tukasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dindik Jatim Ety Prawesti menjelaskan kurikulum PROTEG didesain untuk membekali peserta mengenai bisnis modern/kreatif mulai dari dasar dengan tiga landasan utama.
Pertama aspek mindset untuk membentuk pola pikir kreatif dan inovatif. Kedua, aspek skillset untuk memberikan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam bisnis kreatif. Ketiga, aspek toolset berupa pemberian bekal alat dan teknologi untuk pengembangan usaha.
Sedangkan pendekatan yang digunakan meliputi orientasi, patihan, dan umpan balik, yang semuanya berbasis pada pengalaman dan berpusat pada peserta (participant-centered experience).
"Kami menargetkan peserta program PROTEG akan berhasil mencapai tahap start up bisnis kreatif sesuai masa program yang ditentukan," jelas Ety.
Dari hasil program ini, jumlah peserta GTT yang memulai usaha ekonomi kreatif berbasis pengetahuan di wilayah Jawa Timur meningkat. Ety juga menambahkan program ini juga mentargetkan peningkatan kemandirian peserta dalam kurun waktu 6 bulan setelah pelatihan.
"Kami mentargetkan ada minimal 15% peserta berhasil mencapai tahap “startup” bisnis kreatif dan menjadi mandiri dalam waktu yang ditentukan dari program ini," ungkapnya.
Ety menyebut, di Jatim terdapat setidaknya 4.684 guru honorer SMA/SMK/SLB yang tersebar di 38 kabupaten/ kota. Pada tahap pertama ini, sebanyak 200 guru honorer akan mengikuti PROTEG. Selama program, para guru akan mengikuti pelatihan ekonomi kreatif terapan, pengembangan ide bisnis modern, dan digital skill kewirausahaan.
"Para guru peserta PROTEG akan mulai mengikuti pelatihan pada 3 Oktober 2024 mendatang. Targetnya, enam bulan setelah pelatihan akan menguatkan kemandirian peserta dalam menciptakan start up," sebutnya.
Ety menegaskan, keberhasilan program ini tidak hanya dilihat dari aspek kesejahteraan ekonomi guru honorer. Lebih dari itu, program ini merupakan pintu bagi semua guru honorer untuk memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan kreatifitas dan kemandirian ekonomi.
"Para guru ini tidak hanya menjadi pendidik bagi para siswa, tetapi juga menjadi refrensi keteladanan bagi peserta didik dalam membangun star up," tutupnya.
Reporter: Amanah / Co-Editor: Nei-Dya