
JENEWA (Lenteratoday) - Jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon sejak tahun lalu mencapai 2.710 orang, menurut Kementerian Kesehatan pada Senin (28/10/2024). Selain itu, Israel sepertinya tidak ingin membuat kompromi apapun, dalam wawancara dengan RIA Novosti.
Utusan tetap Lebanon untuk PBB di Jenewa Salim Baddoura mengatakan sebenarnya banyak opsi dibahas untuk menyelesaikan konflik di Lebanon. "Ada aktivitas diplomatik, melibatkan beberapa pemimpin politik dan utusan diplomatik, karena terdapat kekhawatiran nyata mengenai meningkatnya kerusakan dan jatuhnya korban sipil, serta kemungkinan meluasnya perang," ujar Salim.
"Banyak pilihan yang sedang dibahas, dan kami sedang mendekati upaya diplomatik secara terbuka dan konstruktif. Namun, Israel tampaknya tidak mau berkompromi saat ini. Mereka mengabaikan komitmen internasional mereka, khususnya kepada rakyat Palestina, dengan memulai kebakaran di mana-mana dan menebar kematian serta kehancuran di mana-mana. Ini tidak bisa berlangsung selamanya," lanjutnya.
Sejak 1 Oktober, Israel melancarkan operasi darat di selatan Lebanon dengan dalih menyasar pasukan Hizbullah dan terus melakukan serangan udara di negara tetangga itu. Akibatnya lebih dari satu juta orang mengungsi.
Meskipun mengalami kerugian, termasuk pada staf komando, Hizbullah tetap melancarkan pertempuran darat dan tidak berhenti menembakkan roket ke wilayah Israel.
Sementara, dalam pernyataan kementerian, disebutkan bahwa sekitar 12.592 orang lainnya mengalami luka-luka sejak konflik dimulai Oktober tahun lalu.
Serangan udara Israel di wilayah selatan dan timur Lebanon pada Minggu (27/10/2024) menewaskan 38 orang dan melukai 124 lainnya, kata kementerian itu.
Israel telah melancarkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon sejak akhir bulan lalu, yang diklaim menyasar target-target Hizbullah, dalam eskalasi dari konflik lintas batas yang telah berlangsung selama setahun sejak perang Gaza dimulai. Israel juga melancarkan invasi darat ke Lebanon pada 1 Oktober.
Sumber: Anadolu, Sputnik via antara | Editor : Lutfiyu Handi