07 April 2025

Get In Touch

Puting Beliung Terjang Sejumlah Wilayah di Pulau Jawa

BPBD Kota Cimahi mengevakuasi sebuah pohon tumbang di Kota Cimahi, Jawa Barat, Sabtu (9/11/2024). Foto/antara
BPBD Kota Cimahi mengevakuasi sebuah pohon tumbang di Kota Cimahi, Jawa Barat, Sabtu (9/11/2024). Foto/antara

JAKARTA (Lenteratoday) - Bencana hidrometeorologi melanda sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Kendati tidak ada laporan adanya korban jiwa, namun puting beliung, longsor, hingga banjir telah merusak rumah dan bangunan serta menumbangkan pohon dan tiang listrik.

Di Demak Jawa Tengah, tiga rumah roboh dan puluhan lainnya rusak akibat angin puting beliung.  Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Demak Akhmad Sugiharto menjelaskan putting beliung terjadi pada Sabtu (9/11/2024) sekitar pukul 17.00 WIB di Desa Kedungori, Baleromo, dan Dempet di Kecamatan Dempet.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)  Kabupaten Demak Haris Wahyudi Ridwan memperkirakan potensi kerugian akibat puting beliung ini mencapai Rp495 juta.

BPBD Kabupaten Lebak, Banten, mengungkapkan angin kencang disertai petir telah merusak 66 rumah. Sementara di Kota Cimahi BPBD setempat mencatat 26 laporan pohon tumbang akibat hujan deras disertai angin kencang. Sebanyak enam orang dilaporkan terluka.

Hal yang sama juga terjadi di Bogor, Jawa Barat. Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor Hidayatulloh Sabtu lalu pihaknya paling banyak menerima laporan sepanjang cuaca ekstrem pada November 2024.

“Total ada 19 kejadian dengan rincian dahan patah atau pohon tumbang sebanyak sembilan kejadian, tanah longsor lima kejadian, angin kencang empat kejadian, dan banjir satu kejadian,” katanya. 

puting beliung
Rumah warga yang robih akibat puting beliung di Demak, Jawa Tengah, Sabtu (9/11/2024). Foto/ antara

Peringatan BMKG

Fenomena bencana hidrometeorologi ini telah diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya. Awal pekan lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat waspada dan siap-siaga menghadapi cuaca ekstrem yang berpotensi memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

"Pemerintah Daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan. Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025. Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi," ungkap Dwikorita di Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan sejumlah wilayah Indonesia, khususnya Sumatera, sebagian Kalimantan dan sebagian Jawa bagian tengah hingga barat telah memasuki musim hujan.

"Baru saja masuk musim penghujan, tapi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi sudah terjadi seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bogor dan Sukabumi Jawa Barat. Karenanya, kami menghimbau kepada seluruh masyarakat dan stakeholder terkait untuk waspada, jangan lengah," imbuhnya.

Direktur Meteorologi Publik Andri Ramdhani menambahkan berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG diketahui bahwa fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial juga berdampak pada meningkatnya ketersediaan massa uap air basah dan memicu gangguan pola angin yang dapat mendukung pertumbuhan awan - awan hujan.

Di saat bersamaan, kata dia, labilitas lokal yang kuat serta adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di beberapa wilayah di Indonesia mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.

"Maka dari itu, dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak ikutannya berupa bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia," pungkasnya.

Sumber : Antara | Editor : M. Kamali

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.