10 April 2025

Get In Touch

Dispangtan Kota Malang Pastikan Tahun 2024 Tidak Ada Wilayah Rentan Pangan

Kolam ikan yang menjadi produk urban farming di salah satu wilayah kecamatan Sukun Kota Malang. (Santi/Lenteratoday)
Kolam ikan yang menjadi produk urban farming di salah satu wilayah kecamatan Sukun Kota Malang. (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang memastikan di tahun 2024 ini, tidak ada lagi wilayah yang teridentifikasi sebagai rentan pangan. 

Pencapaian ini dinilai tidak lepas dari peran aktif 113 kelompok urban farming, yang tersebar di 57 kelurahan di Kota Malang. 

"Kami kan setiap tahun ini menyusun peta Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA), yakni peta ketahanan dan kerentanan pangan. Alhamdulillah di 2024 ini, di 5 kecamatan yang ada di Kota Malang sudah tidak ada yang mengalami kerawanan pangan," ujar Kabid Ketahanan Pangan Dispangtan Kota Malang, Elfiatur Roikhah saat dikonfirmasi, Selasa(12/11/2024). 

Elfi menjelaskan untuk memantau ketahanan pangan, FSVA memiliki tiga indikator utama yang harus dipenuhi, yakni ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan pemanfaatan pangan. 

Di Kota Malang, menurutnya indikator pemanfaatan pangan turut diperkuat dengan keberadaan kelompok urban farming yang berkembang pesat. 

"Dari 57 kelurahan di Kota Malang, itu kami sudah ada 113 kelompok urban farming. Jadi untuk 1 kelurahan itu bisa lebih dari 1 kelompok urban farming. Jadi ini cukup membantu memenuhi indikator dari sisi pemanfaatan," tutur Elfi. 

Lebih lanjut, di tahun 2024 ini Elfi menyebutkan jumlah kelompok urban farming di Kota Malang, mengalami lonjakan jika dibandingkan tahun sebelumnya. 

"Tahun kemarin itu kelompok urban farming kita masih 72. Tentunya kami berharap bisa di setiap lingkungan ada, artinya mungkin di tingkat RW juga bisa dioptimalkan," tegasnya. 

Terpisah, Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan menambahkan selain urban farming, Kota Malang juga mengupayakan pemenuhan kebutuhan pangan melalui pertanian lokal. 

Slamet menyebutkan Kota Malang saat ini memiliki sekitar 985 hektare lahan sawah, di mana 778 hektare ditanami padi sementara sisanya digunakan untuk berbagai komoditas lain seperti jagung, tebu, sayur-mayur, cabai, tomat, singkong, dan tanaman hortikultura.

"Beberapa produksi komoditas mulai dari gabah atau padi, jagung, ketela pohon, cabai dan tomat, itu kita ada. Cuma, ya memang tidak bisa mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Kota Malang," kata Slamet. 

Kendati demikian, Slamet memastikan pasokan pangan di Kota Malang secara keseluruhan relatif cukup. Menurutnya, hal ini juga dibantu oleh adanya 26 pasar yang tersebar di berbagai wilayah kota. 

Slamet menyatakan keberadaan pasar-pasar ini berperan penting dalam menjamin kelancaran distribusi bahan pangan, baik yang berasal dari dalam maupun luar Kota Malang. 

"Kita didukung dengan adanya 26 pasar sehingga arus ketersediaan pangan itu lumayan besar di Kota Malang," tukasnya. 

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.