
MALANG (Lenteratoday) - Kepulan asap pembakaran sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) di Dusun Sempol, Desa Ardimulyo, semakin mengkhawatirkan. Warga perumahan Pesona Singosari yang terletak tidak jauh dari TPS ini mengeluhkan kondisi tersebut dan berharap solusi konkret dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang.
Menurut data yang dihimpun Lenteratoday, pembakaran sampah ini telah berlangsung sejak lama dan semakin memburuk saat ini, dengan dampak yang cukup mengkhawatirkan, terutama bagi anak-anak yang lebih rentan terhadap gangguan pernapasan.
Ana, seorang ibu dengan anak berusia 10 tahun, mengaku asap yang masuk ke dalam rumahnya membuat anaknya kesulitan tidur. "Kalau kepulan asapnya itu mulai masuk rumah, anak saya gak bisa tidur dengan berbaring karena kesulitan bernafas. Jadi dia tidurnya sambil duduk, kasian, saya kadang sampai menangis," ujar Ana dengan suara bergetar, Minggu (17/11/2024).
Keluhan serupa juga disampaikan Nonik, ibu dari bayi berusia 8 bulan yang didiagnosa dokter mengalami radang paru-paru akibat paparan asap. Nonik bahkan terpaksa mengungsikan anaknya ke rumah orangtua untuk menghindari dampak negatif yang semakin buruk. "Anak saya ini sampai gak bisa tidur, gelisah. Kami yang orang dewasa saja cukup terganggu apalagi ini masih bayi," katanya.
Tak hanya Ana dan Nonik, warga lainnya yakni Adam dan Andi, juga mengeluhkan hal yang sama. Adam, yang merupakan pendatang baru di perumahan tersebut, menduga adanya limbah barang bahaya dan beracun (B3) yang juga dibakar di TPS. Menurutnya, B3 ini diduga berasal dari pabrik jok kendaraan, yang terletak tak jauh dari pemukiman warga.
Sementara Andi, selain mengeluhkan pencemaran udara yang membuatnya sering sakit kepala, Andi juga menyebutkan aktifitas bengkel yang terletak di depan rumahnya sering menimbulkan pencemaran suara bahkan hingga larut malam.
Berdasarkan investigasi di lapangan yang juga diperoleh dari keterangan Ketua RT 7 Dusun Sempol, Erwin Trianto, setidaknya ada tiga titik yang menjadi fokus keluhan warga, yaitu TPS di Dusun Sempol, pabrik di sekitar wilayah tersebut, dan tempat pengepulan limbah industri.
Namun, lanjut Erwin, setelah diberikan teguran, pihak pengepul sampah telah berhenti melakukan pembakaran. Sementara menurutnya tidak ditemukan bukti yang kuat mengenai pembakaran yang dilakukan di dalam pabrik.
"Nah masalahnya sekarang ini sampah dari pabrik yang diambil oleh petugas kebersihan juga dibuang ke TPS yang kemudian turut dibakar," ungkap Erwin.
Erwin menyampaikan, pembakaran sampah di TPS kini menjadi masalah serius, terutama dengan kondisi cuaca yang berangin saat ini. Meskipun kebiasaan pembakaran sampah ini sudah dilakukan sejak lama, akibat keterbatasan tempat dan anggaran yang dimiliki warga.
Erwin menegaskan peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk segera mencari solusi atas masalah tersebut. "Penyelesaiannya cuma satu, ada tindakan pemerintah yang langsung bisa memberikan subsidi (biaya pengangkutan). Atau kami menyediakan dana. Katakan kami mengatur sampah, dibuat cerobong, butuh biaya lagi," tukasnya.
Sementara itu, Ketua RW 5 Dusun Sempol, Thohir, berharap DLH segera memberikan solusi yang lebih permanen, seperti penyediaan bak kuning dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). "Kami sudah meneruskan hal ini ke Desa, tapi belum ada kelanjutan. Kami harap ada subsidi biaya dari pemerintah kabupaten terkait pengangkutan sampah ini," kata Thohir.
Menanggapi keluhan ini, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang, Ahmad Dzulfikar Nurrahman, mengungkapkan pihaknya akan segera melakukan pengecekan langsung ke lokasi.
"Kami akan investigasi terlebih dahulu untuk memastikan situasi di lokasi dan memastikan data yang akurat. (Untuk penyediaan bak kuning dan subsidi biaya pengangkutan) nanti biar ditindaklanjuti tim, ya. Besok biar dicek ke lokasi tersebut. Untuk waktunya kami masih harus koordinasi dulu, tunggu koordinasi," tulis Dzulfikar dalam pesan singkatnya ketika dihubungi Lentaratoday. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi