
Buntutledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, sejumlah orang diamankan untuk dimintaiketerangan.
OtoritasLebanon menangkap 16 orang dalam penyelidikan ledakan gudang pelabuhan Beirut,menurut Kantor Berita NNA kemarin waktu setempat.
Sumberyudisial dan media setempat melansir bahwa manajer umum pelabuhan Beirut ikutdiamankan.
NNAtidak menyebutkan identitas mereka. NNA mengutip Hakim Fadi Akiki, wakilpemerintah di pengadilan militer, yang mengatakan otoritas sejauh ini telah menginterogasilebih dari 18 petugas bea cukai dan pelabuhan serta pihak lain yang terlibatdalam tugas perawatan di gudang.
"Sebanyak16 orang ditahan sebagai bagian dari penyelidikan," kata Akiki seperti dikutip NNA. Akiki mengatakan penyelidikanmasih berlangsung.
Sumberyudisial dan dua lembaga penyiar setempat menyebutkan Manajer Umum PelabuhanBeirut Hassan Koraytem ikut ditahan.
Sebelumnya,bank sentral mengatakan pihaknya telah memblokir akun tujuh orang, termasukKoraytem dan kepala bea cukai Lebanon.
Sementaraitu pemerintah Siprus berhasil melacak dan menginterogasi seorang priaRusia.
PriaRusia itu disebut sejumlah laporan berita sebagai pemilik kapal yang mengangkutkargo amonium nitrat terbengkalai di Beirut dan menyebabkan ledakan dahsyat.
Jurubicara Kepolisian Siprus mengatakan seseorang, yang namanya dirahasiakan, telahdiinterogasi di rumahnya di Siprus pada Kamis (6/8/2020) malam.
"Adapermintaan dari Interpol Beirut untuk melacak orang ini dan menginterogasinyadengan sejumlah pertanyaan terkait kargo tersebut," kata sang juru bicara,Christos Andreou, kepada Reuters. Ia mengatakan informasi terbaru yang didapatlangsung dikirim ke Beirut.
Sumberkeamanan, yang meminta identitasnya dirahasiakan, menyebutkan bahwa pria itumerupakan pengusaha asal Rusia, Igor Grechushkin, yang berusia 43 tahun.
BorisProkoshev, yang merupakan kapten kapal kargo Rhosus pada 2013, mengungkapkanbahwa bahan kimia itu berakhir di Beirut setelah si pemilik kapal, yangdiketahui bernama Grechushkin, memintanya berhenti di Lebanon untuk mengambilkargo tambahan.
Bahankimia yang disimpan di Beirut selama bertahun-tahun itu meledak pada Selasa(4/8/2020), dalam bencana paling mengerikan di Lebanon (Ist).