18 April 2025

Get In Touch

Pemkot Surabaya dan BBWS Brantas Rumuskan Normalisasi Sungai untuk Tangani Banjir

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.

SURABAYA (Lenteratoday) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas tengah merumuskan beberapa langkah untuk menyelesaikan permasalahan banjir disejumlah titik khususnya yang terjadi di Kali Perbatasan.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, bersama pihak BBWS Brantas melakukan diskusi terbuka terkait bagaimana merawat dan menjaga sempadan sungai untuk meminimalisir adanya banjir. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu beberapa kawasan di Kota Surabaya mengalami genangan dan banjir akibat aliran air di Kali Perbatasan tersumbat enceng gondok hingga tingginya sedimentasi sungai.

"Tadi berdiskusi menyampaikan terkait masalah ini (perawatan sungai). Surabaya itu hilir yang menerima luapan air dari beberapa daerah, hal ini sudah disampaikan BBWS ke pemerintah pusat sehingga nanti akan ada perbaikan sungai. Sambil menunggu itu, kemarin kami sudah lakukan pengerukan dan pembersihan enceng gondok," kata Eri, Kamis (2/1/2025).

Eri menjelaskan, kondisi sungai di Kota Pahlawan sedang tidak baik-baik saja. Untuk itu, ketika menerima aliran sungai dari daerah lain seperti Kediri, Jombang dan Mojokerto, Kali Jagir Wonokromo sudah tidak bisa menampung sehingga airnya dan meluap ke beberapa ruas jalan. 

"Meskipun BBWS sudah mengatur dan mengalihkan sebagian jalur, ternyata Kali Jagir tetap tidak bisa menampung sampai akhirnya meluap. Bayangkan kalau semua jalur dibuka, Surabaya ini akan tenggelam. Untuk itu, kami sengaja membuat box culvert yang ukurannya besar untuk menampung air ketika hujan tapi masih belum bisa masuk ke sungai besar, jadi akan tertampung sementara di dalam box culvert," jelasnya.

Eri juga menyebut, jika Pemkot Surabaya sudah menyiapkan langkah jangka pendek hingga jangka panjang untuk penanganan banjir akibat meluapnya sungai.

Terkait penyelesaian jangka pendeknya akan dilakukan pemetaan wilayah mana yang menjadi prioritas penanganan. Selain itu, pembangunan box culvert yang saling terhubung dan berdekatan dengan sungai akan semakin digencarkan. 

"Jadi dari kampung masuk ke saluran tersier lalu ke primer, kemudian masuk ke sungai besar dan lanjut ke laut. Itu yang dikoneksikan satu sama lain untuk jangka pendek," sebutnya.

Sementara untuk penyelesaian jangka panjang, pihaknya akan berkoordinasi dengan BBWS Brantas dalam hal mengembalikan fungsi sungai. Sebab, selama ini banyak sungai yang tertutup akibat berahlih fungsi akibat adanya bangunan liar di sempadan sungai.

"Tadi saya sampaikan kepada beliaunya (BBWS Brantas) kita ini Indonesia, Surabaya bukan negara sendiri. Jadi apabila Kali Perbatasan ada masalah silahkan kontak kami, kami punya alat dan bisa membantu. Sehingga pekerjaan bisa dibagi dan dikerjakan bersama-sama," ucap Eri. 

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BBWS Brantas, Hendra Ahyadi menyampaikan bahwa aliran Sungai Brantas yang dimulai dari Malang memang berakhir di Kota Surabaya. Alur perjalanan aliran airnya dari Kabupaten Malang, Bendungan Sutami kemudian terus mengalir ke Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk, Mojokerto Jombang dan Surabaya sebagai hilir.

"Kewenangan semua sebenarnya ada di pemerintah pusat, karena memang Daerah Aliran Sungai (DAS) pemerintah pusat. Kami sebagai UPT dibawah kementrian PU diberikan mandat mengelola. Kalau diserahkan ke kami semua itu juga cukup berat, sehingga kolaborasi dengan pemda terutama Surabaya sebagai ujung tempat mengalirnya air sangat strategis. Di sini kami berdiskusi mencari solusi sehingga masalah-masalah seperti enceng gondok dan lainnya bisa teratasi," papar Hendra.

Hendra menerangkan, selama ini pembersihan enceng gondok sudah dilakukan berkala tetapi kecepatan pertumbuhannya tidak sebanding dengan upaya yang dilakukan. Sehingga, beberapa wilayah belum bisa tersentuh dan menimbulkan penumpukan enceng gondok.

Sementara, untuk penertiban bangunan liar juga sudah dilakukan upaya melalui jalur hukum. "Tapi sekali lagi itu berkaitan dengan sertifikat, dari fungsinya yang menganggu sempadan sungai. Nanti akan kami tindaklanjuti untuk memberikan edukasi atau pemahaman bahwa tidak boleh ada bangunan di sana," jelasnya.

Hendra juga mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi pengambat normalisasi sungai khususnya di wilayah hilir. Salah satu faktor utamanya adalah pendanaan sehingga kolaborasi dibutuhkan untuk menangani hal tersebut.

"Kami sampaikan ke Pak Wali Kota Eri Cahyadi. Kami tadi mohon bantuannya untuk melakukan perbaikan bersama-sama," pungkasnya.(*)

Reporter: Amanah | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.