
SURABAYA (Lentera) – Ratusan massa yang tergabung dalam Gerakan Arek Suroboyo (GAS) menggelar aksi unjuk rasa di depan Markas Polda Jawa Timur (Jatim), Jumat (7/2/2025). Mereka menuntut pengusutan tuntas dugaan kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang melibatkan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta keluarganya.
Massa yang terdiri dari komunitas ojek online, buruh, mahasiswa, serta warga Surabaya dan Sidoarjo ini menyoroti berbagai dugaan kasus korupsi yang dianggap merugikan negara dan memperparah ketimpangan sosial.
Beberapa kasus yang disorot dalam aksi ini meliputi Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS), dugaan korupsi di PT TransJakarta, penyelewengan dana KONI, serta dugaan penyalahgunaan wewenang dalam rekomendasi tas bansos di Sritex. Selain itu, mereka juga menuntut pengusutan kasus di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA), proyek Blok Medan, dan pengurangan denda PT SM yang diduga terkait kebakaran hutan.
Dalam orasinya, koordinator aksi, Yusak, menegaskan kondisi ekonomi masyarakat semakin sulit, sementara praktik korupsi justru terus berlangsung di kalangan elite. Ia menyebut rakyat kecil harus berjuang untuk bertahan hidup, sementara segelintir orang menikmati kekayaan yang diduga diperoleh dengan cara yang tidak adil.
"Saudara-saudara, rakyat sedang kelaparan, tetapi mereka yang berkuasa justru semakin rakus merusak tatanan!" seru Yusak di hadapan massa, Jumat (7/2/2025).
Yusak juga mengecam ketidakadilan sistem politik yang menurutnya hanya memperhatikan rakyat saat pemilu, lalu melupakan mereka setelahnya. "Lima tahun sekali kita dibeli dengan uang, setelah itu kita ditinggalkan. Sementara mereka tetap berkuasa dan semakin kaya," lanjutnya.
Selain menuntut pengusutan dugaan korupsi, demonstran juga mendesak agar Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kembali menjadi lembaga yang independen dan menjalankan hukum tanpa intervensi politik. Mereka berharap seluruh kasus korupsi, termasuk yang melibatkan mantan pejabat tinggi negara, diusut secara transparan dan tanpa pandang bulu.
Reporter: Pradhita / Co-Editor: Nei-Dya