02 April 2025

Get In Touch

'LONCENG KEMATIAN’

'LONCENG KEMATIAN’

Penulis: Tarmuji, S.Pd., M.I.Kom


 

Kita tidak sedang baik-baik saja…

Dari sebuah diskusi disebuah ruangan kantor organisasi wartawan, kantor yang menyimpan banyak sejarah dan melahirkan orang-orang cerdik pandai. Dari orang-orang inilah ikut memengaruhi berbagai kebijakan pemerintah 

Suasananya kini  berbeda, tidak ada diskusi tentang bagaimana Indonesia Emas tercapai. Bagaimana kesejahteraan rakyat bisa diraih. Tetapi yang ada berbagai fakta tentang kondisi para wartawan yang sedang terancam. 

Seorang pimpinan sebuah media mainstream yang sangat terkenal harus menandatangani surat pemberhentian kerja untuk rekan-rekannya. Tidak hanya sekali,  tetapi periodik hingga perusahaan itu dinilai ideal. Tanda tangannya ini seperti ‘lonceng kematian’ bagi rekan-rekannya. Ini bukan soal kinerja. Mereka orang-orang hebat, lulusan dari kampus ternama, tetapi kondisi yang membuat pimpinan ini harus melakukannya. Tentu dengan tetesan air mata yang dia sembunyikan. 

Begitu juga dengan rekan-rekannya yang menjadi korban. Mereka berada disituasi yang tidak mudah. Sulit. Berhenti bekerja di usia di atas 40 tahun. Apa yang bisa dilakukan?Melamar bekerja di tempat lain tentu tidak mudah. Perusahaan mencari pekerja di usia yang lebih muda, tentu dengan catatan masih ada lowongan.

Ingin mengembangkan usaha? Rumit juga. Jangankan mau mulai, kondisi ekonomi yang dirasa sulit ini membuat para pelaku usaha berada pada kondisi yang tidak mengembirakan. Omzet menurun karena daya beli melemah.

Kondisi ini diperparah dengan adanya cicilan yang masih berjalan. Angsuran panjang seperti KPR tentu tidak mau tahu tentang kondisi nasabahnya. Yang mereka pahami hanya aturan, tidak bisa bayar berarti sita. 

Yang ter-PHK resah. Bagaimana kehidupan ke depannya berlangsung? Yang masih bekerja pun gelisah, karena akibat pemangkasan anggaran  karena instruksi Presiden, banyak hal berubah. 

Anggaran yang biasanya disediakan untuk media melalui jasa publikasi tidak hanya terpotong atau dipangkas, bahkan di berbagai daerah anggaran itu hilang. Ini tentu menyakitkan. 

Kondisi ini menyeruak di tengah-tengah setiap diskusi yang dilakukan oleh teman-teman wartawan. Tidak ada optimisme apalagi heroisme, soal bagaimana negara bisa menyejahterakan rakyatnya. Tapi hanya ada kegelisahan, kekhawatiran dan kegelapan.

Semoga Presiden mendengar. 

 

*Sekretaris Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Timur

Share:

Punya insight tentang peristiwa terkini?

Jadikan tulisan Anda inspirasi untuk yang lain!
Klik disini untuk memulai!

Mulai Menulis
Lentera Today.
Lentera Today.