
BATU (Lentera) – Pemerintah Kota (Pemkot) Batu terus berupaya meningkatkan daya saing sektor pertanian agar mampu menembus pasar global. Salah satu langkah yang dilakukan, yakni memperkuat sinergi dengan kelompok petani, khususnya dalam mempertahankan dan mengembangkan komoditas unggulan seperti apel, kopi arabika, alpukat, hingga bunga lily.
“Kemarin kami sudah bertemu langsung dengan para pengurus dan anggota Gapoktan Mitra Arjuno di Desa Tulungrejo. Sudah ada diskusi antara pemkot dengan para petani untuk membahas upaya peningkatan dan pengembangan industri pertanian di Kota Batu, khususnya dalam mempertahankan komoditas unggulan,” ujar Wali Kota Batu, Nurochman, Selasa (18/3/2025).
Pria yang akrab dengan sapaan Cak Nur ini menambahkan, sektor pertanian menjadi salah satu prioritas utama dalam 100 hari pertama kepemimpinannya. Menurutnya, selama ini Kota Batu juga telah mengekspor berbagai hasil pertanian dan produk UMKM, baik untuk pasar lokal maupun internasional. “Maka dari itu, kami akan terus mendorong peningkatan industri pertanian ini,” katanya.
Menurut Cak Nur, sinergi dengan Gapoktan juga sejalan dengan visi “Mbatu Sae” dan misi “Nawa Bhakti” yang diusungnya bersama Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto. Dimana salah satu fokus utama adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sektor pertanian sebagai salah satu tulang punggung perekonomian daerah.
Lebih lanjut, Cak Nur juga menyebutkan beberapa aspirasi yang telah diserap, salah satunya dari penyuluh pertanian Desa Tulungrejo, Dulkamar. Menurutnya, para petani apel di sana tengah berusaha mempertahankan lahan yang kini hanya tersisa seluas 311 hektare. Oleh karena itu, Pemkot Batu akan terus memberikan dukungan dan arahan agar pertanian apel tetap lestari dan semakin berkembang.
“Ada juga perwakilan petani yang menyampaikan ingin adanya reward untuk kelompok petani, mengingat banyak prestasi yang telah diraih para petani Kota Batu. Kemudian meminta dukungan pemerintah dalam proses perizinan agar dapat berjalan lancar. Semuanya kami tampung, kami jadikan catatan agar bisa berjalan dan terealisasi dengan baik,” tutur Cak Nur.
Sebagai informasi, berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Batu, produksi apel di kota ini mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada triwulan pertama 2020, produksi apel masih mencapai 72.274 kuintal dari 1.569.145 pohon yang ada. Namun, pada triwulan kedua tahun yang sama, jumlahnya turun menjadi 43.652 kuintal dari 1.119.100 pohon.
Jumlah pohon produktif pun terus berkurang. Dari 602.190 pohon produktif pada awal 2020, hanya tersisa 335.717 pohon di triwulan kedua tahun yang sama.
Penurunan produksi ini juga sejalan dengan berkurangnya luas lahan apel. Pada 2017, lahan apel di Kota Batu masih mencapai sekitar 1.800 hektare. Namun, pada 2020 luasnya menyusut menjadi 1.200 hektare, turun lagi menjadi 1.092 hektare pada 2022, dan hanya tersisa 1.044 hektare pada 2023.
Untuk mengantisipasi semakin berkurangnya pertanian apel, Kepala Distan-KP Kota Batu, Heru Yulianto, menjelaskan revitalisasi pertanian apel merupakan langkah yang haru dilakukan. Beruntungnya, tahun 2025 ini Kota Batu mendapat dukungan dari pemerintah pusat sekitar Rp 400-600 juta untuk mendukung sarana dan prasarana pertanian, termasuk penyediaan pupuk organik. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi