24 April 2025

Get In Touch

Guru Sebagai Konselor, Lebih dari Sekadar Transfer Ilmu

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Surabaya Utara bersama Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengadakankan seminar \
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Surabaya Utara bersama Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengadakankan seminar \"Guru Sebagai Konselor

SURABAYA (Lentera) - Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Surabaya Utara bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menyelenggarakan seminar dengan tema "Guru Sebagai Konselor: Meningkatkan Kompetensi dalam Mendampingi Siswa" di Aula SMP Taruna Jaya I Surabaya, Jalan Kedinding Tengah Sekolahan No. 40 Surabaya, Rabu (23/4/2025).
  
Seminar ini diikuti oleh 40 guru  Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Guru Pancasila SMP Swasta wilayah Utara. Sebagai pembicara utama seminar hadir dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Dr. Fika Megawati, M.Pd. 

Guru memiliki peranan utama sebagai garda terdepan untuk mencerdaskan anak bangsa. Di balik tugas mulia mentransfer ilmu pengetahuan, tersembunyi peran lain yang tak kalah krusial: guru sebagai seorang konselor. 

“Kehidupan siswa semakin kompleks, guru harus mampu memberikan bimbingan dan dukungan psikologis. Karena guru berinteraksi dengan siswa di lingkungan sekolah, mengenali potensi masalah, mereka adalah mata dan telinga di kelas”, ujar Fika Megawati 

Fika menambahkan jika guru menjadi orang pertama yang menyadari perubahan perilaku, penurunan motivasi belajar, atau bahkan indikasi masalah yang lebih serius pada siswa. Permasalah pendidikan saat ini tidak hanya berkutat pada aspek kognitif tetapi juga emosional dan sosial siswa yang berdampak kepada kemampuan mereka dalam belajar dan berinteraksi. 

Beberapa alasan mengapa keterampilan konseling penting bagi guru meliputi: pertama, membangun hubungan yang lebih dalam seperti keterampilan mendengarkan, empati, serta komunikasi yang efektif. Jika hal itu bisa dilakukan, guru bisa membangun hubungan yang lebih kuat dengan siswa. 

Kedua, sedini mungkin mendeteksi potensi masalah. Guru yang peka terhadap perubahan perilaku siswa dapat mengidentifikasi potensi masalah seperti perundungan (bullying), masalah keluarga, tekanan teman sebaya, atau kesulitan belajar yang berakar pada masalah emosional. 

Ketiga, memberikan dukungan emosional awal. Dalam banyak kasus, siswa membutuhkan pendengar yang baik dan dukungan emosional dari figur yang mereka percaya. Guru dapat memberikan validasi perasaan dan membantu siswa merasa tidak sendirian. 

Keempat, memfasilitasi pemecahan masalah sederhana. Guru dapat membantu siswa mengidentifikasi akar masalah dan mencari solusi sederhana dalam lingkup sekolah. Kelima, menjadi jembatan menuju bantuan profesional. Ketika masalah siswa berada di luar kompetensi guru, mereka dapat menjadi jembatan yang penting untuk menghubungkan siswa dan keluarga dengan konselor sekolah atau profesional lain yang lebih ahli. Terakhir,  menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Siswa yang merasa didukung secara emosional, cenderung lebih fokus, termotivasi, dan memiliki interaksi sosial yang lebih positif, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif bagi semua.

Sementara itu, Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Utara, Banu Atmoko menyampaikan jika kegiatan ini sebagai upaya memberikan kemampuan dan keterampilan konseling dasar kepada guru. 

“Mereka tidak hanya menjadi pengajar tetap juga menjadi sosok pendengar yang baik, peduli dan fasilitator yang membantu tumbuh kembang siswa”, ujar lelaki yang juga Kepala Sekolah Inspirasi SMP PGRI 6 Surabaya ini (*)

Editor: Arifin BH/Rls

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.