27 April 2025

Get In Touch

Tembok Tandon di Gontor 5 Magelang Roboh, Empat Santri Meninggal

Lokasi longsor di pesantren Darul Qiyam Magelang
Lokasi longsor di pesantren Darul Qiyam Magelang

MAGELANG (Lentera) - Tanah longsor mengakibatkan talud penyangga dinding longsor mengkibatkan dinding penampungan (kolam) air di Pondok Modern Darusaalam Gontor-Kampus 5 di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ambrol dan menimpa kamar mandi pada Jumat (25/4/2025). Kejadian ini menimbun 29 santri yang sedang mandi untuk persiapan sholat Jumat dan empat diantaranya meninggal.

Koordinator Basarnas Unit Siaga SAR Borobudur Basuki mengatakan, proses penyelamatan dinyatakan selesai pada Jumat (25/4/2025) pukul 23.30 WIB, setelah berlangsung 13 jam.

"Tebalnya fondasi yang menimpa tembok kamar mandi cukup mempersulit kami evakuasi juga dengan celah ruangan yang sempit," ujarnya di kantor SAR Borobudur, Sabtu (26/4/2025) dini hari dilansir dari kompas.

Basuki menyampaikan, tembok kolam tersebut memiliki ketebalan 50 cm, panjang 15 meter, dan tinggi 3 meter. Kemudian, tembok kolam ambrol dan menimpa kamar mandi, di mana terdapat puluhan santri sedang mandi dan menunggu giliran. 

"Yang meninggal rata-rata karena terimpit fondasi dan mengalami fraktur di organ-organ vital," ungkapnya. 

Adapun empat santri yang meninggal yaitu : Wildan asal Surabaya; Reyfhan Hafidz asal Tangerang; Bima Arya asal Surabaya; dan Fadhil Hanafi asal Depok.

Sementara itu, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merah Putih di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah masih merawat tujuh pasien korban tertimbun material dinding yang roboh.

Direktur RSUD Merah Putih Magelang, Leli Puspitowati,  menjelaskan ketujuh pasien tersebut sebagian besar mengalami luka patah tulang dan satu di antaranya menjalani operasi hari ini.

Ia menjelaskan bahwa dari 29 pasien santri yang masuk rumah sakit hingga Sabtu (26/4/2025) siang ini tersisa tujuh orang menjalani pemeriksaan intensif, sementara 17 santri lainnya sudah diperbolehkan pulang atau menjalani rawat jalan.

"Yang dirawat sampai hari ini ada tujuh orang dan yang 1 orang kita rujuk di RS Sardjito Yogyakarta dan yang lain sisanya 17 orang sudah boleh pulang, jadi tidak dirawat inap," katanya dilansir dari antara.

Pihaknya menambahkan, mengingat terdapat sejumlah pasien yang mengalami cidera serius seperti patah tulang kaki, dan tangan. Direncanakan akan dilakukan tindakan operasi pada hari ini.

"Untuk yang dirawat inap sampai hari ini harus dilakukan tindakan operasi karena mengalami cidera patah tulang pada bagian kaki dan ada satu yang harus di observasi. Sementara yang satu orang lagi mengalami cidera kepala ringan, tapi saat ini kondisinya sudah membaik. Sementara yang sudah diperbolehkan pulang itu cuma terdapat luka ringan saja," katanya.

Atas musibah tersebut, pemerintah Kabupaten Magelang memberikan perhatian salah satunya menanggung biaya perawatan para korban.

"Kebijakan dari pemerintah untuk pembiayaan pasien, dari total 29 itu ada yang sudah dengan BPJS aktif, tapi ada beberapa yang tidak mempunyai BPJS namun kebijakan dari bupati untuk yang tidak mempunyai BPJS nanti pembiayaannya di tanggung oleh pemerintah daerah," katanya.

Sementara itu,  Direktur Pesantren Kemenag RI, Basnang Said, menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah tanah longsor yang mengakibatkan robohnya tandon air di lingkungan Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 5 Darul Qiyam, Jumat pagi (25/4/2025), sekitar pukul 10.30 WIB tersebut.

“Kami sangat berduka atas peristiwa ini. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Doa kami panjatkan untuk para santri yang wafat—semoga Allah SWT menerima mereka dalam kasih sayang-Nya dan menempatkan mereka di surga terbaik. Kepada para santri yang dirawat, kami doakan segera sembuh. Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan dan keikhlasan,” ungkap Dr. Basnang Said di Jakarta, dilansir dari kemenag Sabtu (26/4/2025).

Basnang juga menyampaikan apresiasi kepada para ustadz, petugas BPBD, Damkar, kepolisian, tenaga medis, dan relawan yang sigap memberikan pertolongan pertama serta mengevakuasi para korban ke Rumah Sakit Merah Putih dan fasilitas kesehatan terdekat.

“Ini adalah musibah yang tak diharapkan, dan menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya pengawasan keselamatan di lingkungan pendidikan,” tambahnya.

Direktur pesantren juga mengajak masyarakat luas untuk bersama-sama mendoakan para korban serta memperkuat solidaritas dan semangat gotong royong.

"Pesantren bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah bersama. Mari kita jaga bersama keselamatannya, demi generasi masa depan yang tumbuh dalam keamanan, ilmu, dan kasih sayang," tandasnya. (*)

Editor : Lutfiyu Handi
Berbagai Sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.