
SURABAYA (Lentera) - Muayatur Rohmah mewujudkan impian menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada usia 77 tahun..
Warga Kecamatan Mumbulsari, Jember ini merupakan perempuan tangguh yang memiliki keterbatasan fisik.
Muayatur sehari-hari bekerja sebagai seorang penjahit. Ia menceritakan dari hasil bekerja, ia sisihkan sedikit demi sedikit hasilnya untuk dia tabungkan haji.
Dengan kondisi fisik yang terbatas (tanpa kedua kaki yang sempurna), Muayatur tak pernah kehilangan semangat.
“Alhamdulillah atas segala limpahan karunia dari Allah SWT telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berhaji,” ucapnya saat di AHES, Senin (12/5/2025).
Ia bercerita, sejak tahun 2012, dirinya mulai mendaftar haji dari hasil sebagai tukang jahit.
“Punya uang Rp50 ribu, Rp100 ribu, saya tabung sedikit demi sedikit, dengan niat bisa mendaftar haji,” tuturnya
Muayatur juga menyewakan sepetak sawah kecil miliknya. Meski hasilnya tak seberapa, cukup untuk menambal biaya hidup dan tabungan hajinya.
“Suami saya sudah tiada, kebetulan juga saya ada keponakan yang sudah saya rawat dari kecil hingga sekarang sudah berumah tangga. Pendapatan dari menjahit tidak tentu. Alhamdulillah masih ada sebidang sawah yang meskipun ukurannya tidak terlalu luas tetapi sangat membantu saya,” terangnya.
Muayatur tidak ingin merepotkan siapa pun.
Saat akan naik bus ke Bandara Internasional Juanda, ia lebih memilih menggunakan kedua lututnya untuk naik ke dalam bus, meski sebelumnya dibantu dengan kursi roda.
“Saya masih punya semangat walaupun kondisi saya seperti ini. Semua saya niatkan untuk ibadah kepada Allah,” tegasnya.
Sementara itu, Plh (pelaksana harian) Sekretaris PPIH Embarkasi Surabaya, Sugiyo, menyebut Muayatur sebagai sosok inspiratif. “Disabilitas fisik bukan penghalang untuk berhaji. Yang penting sehat fisik dan psikologis. Petugas siap membantu,” ujarnya.
Ia menambahkan, kisah Muayatur bukan hanya mengharukan, tapi juga memberi motivasi besar bagi jemaah lain yang mungkin memiliki keterbatasan serupa.
Muayatur kini telah berangkat ke Madinah bersama kloter 32 pada Minggu (11/5) bersama dengan sepupunya.
Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tetap mengejar mimpi, meski dihadapkan pada berbagai tantangan.
Reporter: Amanah|Editor: Arifin BH