19 May 2025

Get In Touch

Pasutri Penjual Pentol asal Ngawi Naik Haji, Nabung Rp 10.000 Setiap Hari Selama 21 Tahun

Pasutri Sumino dan Nur Hasanah berjualan pentol corah di depan Kantor Polsek Jogorogo Ngawi, Jawa Timur. Bermodal menabung Rp 10.000 setiap hari, pasutri ini akhirnya naik haji dari hasil tabungannya selama 21 tahun (Kompas)
Pasutri Sumino dan Nur Hasanah berjualan pentol corah di depan Kantor Polsek Jogorogo Ngawi, Jawa Timur. Bermodal menabung Rp 10.000 setiap hari, pasutri ini akhirnya naik haji dari hasil tabungannya selama 21 tahun (Kompas)

NGAWI (Lentera) -Kendati hanya berjualan pentol corah, pasangan suami istri asal Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tak pernah menyerah untuk mewujudkan impian menunaikan ibadah haji.

Berbekal tekun dan sabar, Sumino (50) dan Nur Hasanah (56), penjual pentol corah keliling yang berasal dari Kabupaten Ngawi akhirnya berhasil mewujudkan impiannya naik haji ke Tanah Suci tahun ini.

Sumino tak dapat menahan rasa haru. kerinduannya berhaji bersama istri ke tanah suci akhirnya terlaksana.

Selama 21 tahun, ia bersama istrinya berjibaku berjualan pentol corah dan gorengan mulai dari keliling di jalan hingga akhirnya mangkal berjualan di depan Kantor Polsek Jogorogo.

Bagi Sumino, keberangkatannya naik haji merupakan panggilan dari Allah SWT. Terlebih dirinya hanyalah seorang penjual pentol corah yang omsetnya hanya cukup untuk menyambung hidup bagi keluarganya.

"Saya tidak punya apa-apa. Tapi Allah Maha tahu akhirnya kami dipanggil juga untuk beribadah haji,” ujar Sumino.

Sisihkan Rp 10.000 selama 21 tahun

Sumino bercerita, dirinya mulai berjualan pentol sejak 21 silam atau tahun 2004. Ia berjulan pentol corah mulai dari keliling dengan sepeda motor hingga akhirnya saat ini mangkal di pinggil Jalan Jogorogo - Ngawi depan kantor Polsek Jogorogo.

Meski hanya berjualan pentol keliling, Sumino tak ciut nyali.

Bersama istrinya, Sumino memiliki mimpi berhaji meski hanya bermodal menyisihkan uang paling sedikit Rp 10.000 setiap harinya.

Delapan tahun mengumpulkan uang, Sumino akhirnya dapat mendaftarkan haji pada tahun 2012. Dan tiga belas tahun kemudian, pasutri itu akhirnya berangkat naik haji pada tahun ini.

"Saya setiap hari kami menabung minimal Rp 10.000. Meski sedikit, alhamdulillah uang bisa terkumpul dan kami dapat berangkat naik haji,” tutur Sumino.

Untuk mengumpulkan uang berangkat naik haji, Sumino pun harus berhadapan dengan berbagai cobaan. Ia bersama istrinya harus pandai mengelola keuangan lantaran harus menghidupi lima anaknya.

Perjuangan setiap hari

Sumino saat ini tinggal di rumah sederhana bersama istri dan lima anaknya. Untuk memasak pentol corah, Sumino menggunakan tungku kayu bakar.

Setiap hari, Sumino menghabiskan lima hingga sepuluh kilogram tepung terigu untuk membuat pentol corah. Prosesnya pun dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama dan menguras banyak tenaga. 

"Kami sudah puluhan tahun membuat pentol dengan cara tradisional. Kami bersyukur bisa menjalaninya setiap hari. Dan dari hasil jualan pentol alhamadulillah sekarang kami bisa berangkat haji. Saya pun sampai menangis karena bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada keluarga kami,” kata Nur Hasanah, dikutip Kompas, Minggu (18/5/2025).

Berkat kerja keras dan ketekunan, jerih payah Sumino dan Nur Hasanah kini menuai hasil manis.

Perjuangan melawan terik panas matahari dan guyuran hujan saat musim penghujan menjadikan uang yang dikumpulkan dapat digunakan menunaikan ibadah haji di tanah suci.

Dari gerobak sederhana mereka telah membuktikan, bahwa dengan sabar, tekun, dan doa yang tak putus, impian sebesar haji pun bisa dicapai dari jalan yang sederhana (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.