20 May 2025

Get In Touch

Studi Ungkap Makhluk Hidup Pancarkan Cahaya, Padam Saat Mati

Kontras emisi UPE pada empat tikus saat mereka hidup (atas) dan mati (bawah). (Salari dkk., J. Phys. Chem. Lett., 2025)
Kontras emisi UPE pada empat tikus saat mereka hidup (atas) dan mati (bawah). (Salari dkk., J. Phys. Chem. Lett., 2025)

SURABAYA (Lentera) - Tahukah kamu, makhluk hidup ternyata memancarkan cahaya khas selama hidupnya? Fenomena ini disebut biofoton oleh para peneliti. Saat makhluk hidup meninggal, cahaya tersebut pun lenyap.

Peneliti dari Universitas Calgary dan Dewan Riset Nasional Kanada melakukan eksperimen unik pada tikus dan daun dari dua jenis tanaman. Hasilnya menunjukkan bahwa semua makhluk hidup, termasuk manusia, secara nyata memancarkan cahaya hingga saat kematian.

Temuan ini mungkin tampak sedikit aneh. Sulit untuk tidak mengaitkan penyelidikan ilmiah terhadap emisi elektromagnetik biologis dengan klaim paranormal dan aura yang telah dibantah di sekitar organisme hidup, selama ini.

Ada alasan kenapa cahaya ini tampak samar bahkan tidak terlihat secara kasat mata. Secara teori, panjang gelombang cahaya tampak yang dipancarkan proses biologis makhluk hidup ini sangat redup dan 'kalah terang' oleh pancaran gelombang elektromagnetik sekitar yang intens. 

Cahaya ini juga tak lebih dominan dari panas radiasi yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh kita. Atas dasar ini, peneliti menjadikannya tantangan untuk melacak kehadiran 'aura' secara akurat di seluruh tubuh.

Makhluk hidup memancarkan cahaya atau aura dengan panjang 200 hingga 1.000 nanometer. Aura ini terekam dari reaksi yang kurang jelas di antara berbagai macam sel hidup yang berasal dari jaringan jantung sapi hingga koloni bakteri.

Fisikawan Universitas Calgary Vahid Salari dan timnya mengklaim emisi foton ultra-lemah (UPE) yang dihasilkan oleh beberapa hewan hidup ini sangat kontras.

Salah satu dugaan kuat sumber radiasi ini merupakan efek berbagai spesies oksigen reaktif yang diproduksi sel hidup saat terganggu oleh tekanan seperti panas, racun, patogen, atau kekurangan nutrisi.

Dengan adanya molekul hidrogen peroksida yang cukup, bahan-bahan seperti lemak dan protein dapat mengalami transformasi yang mendorong elektron-elektronnya, mengeluarkan satu atau dua foton yang berenergi sesuai saat mereka kembali ke tempatnya.

Untuk menentukan apakah proses tersebut dapat diskalakan dari jaringan yang terisolasi ke seluruh subjek yang hidup, para peneliti menggunakan perangkat Electron-multiplying charge-Coupled Device untuk membandingkan beragam emisi cahaya.

Percobaan dilakukan pada tikus hidup dan mati. Empat tikus ditempatkan satu per satu di dalam kotak gelap dan dipindai selama satu jam. Mereka lalu disuntik mati dan dipindai selama satu jam lagi. Mereka dihangatkan hingga mencapai suhu tubuh bahkan setelah mati, agar panas tubuh tetap stabil dan tidak berubah-ubah.

Para peneliti menangkap foton-foton individual dalam pita cahaya tampak yang muncul dari sel-sel tikus sebelum dan sesudah kematian. Perbedaan jumlah foton-foton ini jelas, dengan penurunan UPE yang signifikan dalam periode pengukuran setelah mereka disuntik mati.

Percobaan berikutnya dilakukan pada daun selada air (A. thaliana). Percobaan menunjukkan hasil yang sama seperti pada sampel tikus. Pemberian tekanan pada tanaman dengan cedera fisik dan agen kimia, memberikan bukti kuat bahwa spesies reaktif oksigen ini adalah objek di balik munculnya cahaya lembut tersebut.

"Hasil kami menunjukkan bahwa bagian yang terluka pada semua daun secara signifikan lebih terang daripada bagian daun yang tidak terluka selama 16 jam pengambilan gambar," para peneliti melaporkan.

Percobaan ini mendorong spekulasi bahwa cahaya halus yang paling redup yang dihasilkan oleh sel yang tertekan, mungkin suatu hari dapat memberi tahu kita terkait kondisi kesehatan dengan sangat jelas.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam The Journal of Physical Chemistry Letters berjudul 'Imaging Ultraweak Photon Emission from Living and Dead Mice and from Plants under Stress.'

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.