21 May 2025

Get In Touch

Keluarga Miskin di Kota Batu Gantungkan Harapan Besar pada Sekolah Rakyat

Lokasi Sekolah Rakyat di UPT PPSPA Bimasakti, Songgoriti, Kota Batu. (Santi/Lentera)
Lokasi Sekolah Rakyat di UPT PPSPA Bimasakti, Songgoriti, Kota Batu. (Santi/Lentera)

BATU (Lentera) - Suami yang hanya bekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu, membuat Dewi Ratnasari (28) warga Bulukerto, Kota Batu menggantungkan harapan besar pada program Sekolah Rakyat (SR).

David Nazar Ramadhani (12), anak pertama Dewi yang kini duduk di bangku kelas 6 SDN Bulukerto 3 menjadi salah satu calon siswa baru yang akan melanjutkan pendidikan di Sekolah Rakyat pada jenjang SMP yang berlokasi di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan dan Pelayanan Sosial Petirahan Anak  (PPSPA) Bimasakti, kawasan Songgoriti.

Dewi mengaku bersyukur anaknya dapat diterima di program tersebut, karena biaya pendidikan menjadi beban yang berat bagi keluarganya yang hidup dalam keterbatasan.

"Perasaan saya ya senang. Alhamdulillah ini sangat membantu. Biaya masuk SMP sekarang kan mahal. Karena kan dari segi ekonomi, kalau suami saya pas nggak kerja, itu nggak dapat penghasilan," ujar Dewi, Senin (19/5/2025).

Suaminya sebagai buruh serabutan di perkebunan, jika ada pekerjaan hanya dibayar Rp 50 ribu per hari. Sedangkan Dewi, hanya mengandalkan penghasilan dari menitipkan jajanan di warung-warung sekitar rumah.

"Kalau suami kerja dari pagi sampai jam 12 siang ya paling dapat lima puluh ribu. Kalau nggak ada kerjaan, ya nganggur di rumah. Saya juga nggak kerja," lanjutnya.

Dewi menjelaskan, informasi tentang program Sekolah Rakyat diperoleh dari petugas Dinas Sosial dan tim Program Keluarga Harapan (PKH). Petugas datang langsung ke rumahnya dan mengabarkan bahwa anaknya terdata sebagai calon penerima bantuan pendidikan.

"Waktu itu ditanya soal penghasilan suami, terus anaknya mau diasramakan apa nggak. Saya tanya ke anak, ternyata mau," kata Dewi.

Program Sekolah Rakyat sendiri merupakan inisiatif pemerintah untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin agar tetap bisa melanjutkan pendidikan dengan fasilitas asrama dan pendampingan belajar yang intensif. Selain pendidikan formal, siswa juga mendapatkan pembinaan karakter dan kemandirian.

Dewi mengaku tidak keberatan jika nantinya harus berjauhan dengan anaknya karena harus tinggal di asrama. Ia bahkan melihat hal tersebut sebagai kesempatan baik bagi sang anak untuk tumbuh mandiri dan fokus belajar.

"Gak masalah. Biar anaknya juga mandiri. Yang penting juga dia mau sekolah," ungkapnya penuh harap.

Dewi berharap program ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak nyata bagi masa depan anak-anak dari keluarga kurang mampu. "Semoga berhasil. Karena ini sangat membantu dari kalangan warga miskin seperti kami," tutupnya.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.