
MALANG (Lentera) -Usia 95 tahun tak menyurutkan semangat Sastro Wasiyo untuk menunaikan rukun Islam kelima. Ia tercatat Kantor Kementerian Agama Kota Malang sebagai calon jemaah haji (CJH) tertua dari Kota Malang tahun 2025.
Sastro akan terbang ke Tanah Suci beberapa hari lagi pada 23 Mei mendatang, didampingi oleh putranya, Suparyono (54 tahun).
Saat ditemui di kediaman putranya di Kelurahan Gadang, Kota Malang, Sastro Wasiyo mengaku tidak memiliki persiapan khusus menjelang keberangkatannya.
"Persiapannya, pokoknya harus sehat. Cukup itu saja," ujar Sastro, Rabu (21/5/2025).
Menurut Sastro, kunci kebugarannya yakni aktivitas hariannya sebagai petani di Ngawi, kampung halamannya.
"Biasanya jalan-jalan kalau saya di sana, ya. Ke sawah, ke tegalan. Lihat tanaman-tanaman," katanya.
Ditanya mengenai perasaannya bisa berangkat haji di usia senja, Sastro mengungkapkan kebahagiaannya.
"Ya, senang saja, rasanya. Ingin ke Tanah Suci itu kan," ujar Sastro.
Keinginan kuat ini telah terpendam sejak ia menunaikan ibadah umrah pada tahun 2015 dan kemudian mendaftarkan diri untuk haji pada 2019.
Di Tanah Suci nanti, doa utama yang akan dipanjatkannya yakni untuk keselamatan, kesehatan, ketenangan, dan ketentraman.
Mengenai kemungkinan cuaca ekstrem di Arab Saudi, Sastro mengaku tidak terlalu khawatir.
"Di Mekah, ya. Di sana. Kalau di sana panas. Tapi kalau di rumah saya, dingin, tapi saya biasa saja," katanya.
Suparyono, putra Sastro, menyampaikan bahwa keputusan untuk mendaftarkan ayahnya berhaji dari Kota Malang adalah agar ia bisa mendampingi secara penuh.
"Kami daftar berdua. Supaya kami nanti bisa untuk mendampingi Bapak. Karena Bapak usia sudah tua," ucap Suparyono.
Ia bersyukur ayahnya dalam kondisi fisik yang prima dan tidak memiliki riwayat penyakit bawaan yang berat. Baca juga: Kisah Arif, Mantan Ojol di Bogor yang Tengah Berjuang Sembuh dari Kanker Usus
"Alhamdulillah. Bapak memang dari dulu tidak punya riwayat penyakit itu. Sakit kecil-kecil ya wajar," katanya.
Semangat Sastro Wasiyo untuk berhaji, menurut Suparyono, sangatlah besar, didukung penuh oleh doa dari anak dan cucu.
"Oh iya, betul. Semangat banget. Karena kan didukung dengan anak cucu. Semua mendoakan," ujarnya.
Sastro Wasiyo dan Suparyono tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 77.
Mereka dijadwalkan akan diberangkatkan dari Malang pada 23 Mei, melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) RSI Aisyiyah.
"Insya Allah nanti diberangkatkan dari Rampal dulu," kata Suparyono.
Ia juga bersyukur karena sebagai pendamping, ia tidak terpisah dari ayahnya.
"Alhamdulillah tidak terpisah. Dari RSI diusahakan untuk yang pendampingan tidak terpisah," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang, Ahmad Subhan mengatakan, CJH tahun 2025 lansia yang berangkat dari Kota Malang, terdapat sekitar 44 orang.
Mereka masuk dalam prioritas lansia dengan rentang usia 84 hingga 95 tahun.
Calon jemaah haji tertua dari Kota Malang bernama Sastro Wasiyo, berusia 95 tahun.
Adapun jemaah termuda diperkirakan berusia sekitar 20 tahun, tetapi datanya masih akan dipastikan.
Ada pula jemaah penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda, meskipun jumlah pastinya belum dirinci.
Untuk pelaksanaan haji tahun 2025, Kota Malang akan memberangkatkan sekitar 1.196 CJH, sudah termasuk petugas haji.
Para jemaah ini tergabung dalam kloter 76, 77, 80, dan 81 yang merupakan gabungan dengan para CJH mutasi dari Kabupaten Malang dan Kota Batu.
"Ada tiga CJH yang batal berangkat. Satu karena meninggal dunia, dan dua lainnya karena tidak siap, mungkin karena alasan kesehatan atau sakit mendadak," kata Ahmad Subhan.
Para CJH yang berangkat tahun ini merupakan mereka yang telah mendaftar sejak Maret hingga Juni 2012 untuk porsi utama, dan hingga pertengahan Juli 2012 untuk porsi cadangan.
"Artinya, untuk yang berangkat reguler tahun ini, mereka telah menanti selama kurang lebih 13 tahun," katanya, dikutip Kompas.
Mengenai prosesi keberangkatan, para CJH setiap kloternya dijadwalkan berangkat pada 23 - 27 Mei 2025.
Subhan menekankan bahwa keluarga pengantar hanya diperbolehkan mengantar sampai titik keberangkatan yang telah ditentukan.
"Pengantar cuma sampai ke Rampal sini, ke Kompi Angmor, atau Balai Kota bagi yang berangkat dari sana. Setelahnya diantarkan para petugas ke Asrama Haji. Tidak boleh ada pengantar keluarga sampai Asrama Haji," katanya.
Semua CJH yang berangkat nantinya telah melalui proses skrining kesehatan dan dinyatakan istitoah.
"Sehat itu ada yang istitoah murni, ada yang istitoah sehat dengan pendampingan obat. Yang banyak itu hipertensi, kemudian ada gula darah, dan yang lain-lain. Tapi yang tertinggi itu hipertensi," ujar Subhan.
Ia juga menekankan pentingnya jemaah membawa obat-obatan pribadi yang biasa dikonsumsi meskipun petugas kesehatan haji juga telah menyiapkan pasokan obat. Untuk menghadapi suhu panas, Kemenag telah membekali setiap jemaah dengan masker dan wadah semprotan air.
"Kan panas di sana, panas ekstrem di sana. Ya, kalau sekarang pagi itu masih 30 derajat pagi. Mungkin kalau siang itu sudah mencapai, ya musim haji itu biasanya di sana 45 derajat, kadang sudah sampai 50 gitu. Kalau taruh telur setengah matang itu," katanya (*)
Editor: Arifin BH