06 June 2025

Get In Touch

Dampak Konten Anomali pada Tumbuh Kembang Anak

Ilustrasi anomali Tung Tung Sahur.
Ilustrasi anomali Tung Tung Sahur.

SURABAYA (Lentera) – Fenomena konten digital bertema Italian Brairot atau meme anomali tengah viral di media sosial. Ternyata konten anomali yang sangat mudah diakses, termasuk oleh anak-anak ini punya dampak tersendiri khususnya pada anak-anak.

Konten anomali merupakan pengabungan unsur manusia, hewan, dan benda mati dalam bentuk visual yang tidak biasa. Salah satu contohnya pada pada "tung tung tung sahur" atau "ballerina cappuccina".

Psikolog Unair Dr. Nur Ainy Fardana Nawangsari, S.Psi., M.Si., Psikolog, menyebut paparan konten digital yang tidak mendidik dan berkualitas rendah dapat berdampak buruk pada perkembangan anak, baik secara kognitif, psikologis, maupun sosial.

Berbeda dengan kartun edukatif, konten anomali kerap muncul secara berulang di media sosial dan lebih sulit dikendalikan. Bentuknya yang aneh serta tidak realistis dinilai tidak memberikan nilai edukatif yang bermanfaat.

Menurut Neny, konsumsi konten anomali yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan anak dalam memahami realitas. Anak berisiko mengalami kesulitan dalam mengembangkan pemikiran yang konkret dan realistis terhadap lingkungan sekitar.

Dosen yang akrab disapa Neny ini menjelaskan, anak-anak cenderung tertarik pada hal-hal yang menarik secara visual karena mereka sedang berada dalam fase perkembangan imajinasi.

“Anak suka hal-hal yang unik secara visual karena sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mengembangkan imajinasi, kemampuan visual, dan rasa ingin tahu,” jelas Neny, Selasa (3/6/2025).

“Meski anak sedang dalam fase pengembangan imajinasi, mereka juga perlu mulai belajar berpikir konkret dan mengenali dunia nyata. Jika terus-menerus mengonsumsi konten tidak mendidik, hal ini bisa mengganggu proses kognisi dan pemahaman mereka,” tuturnya.

Selain itu, paparan berlebihan terhadap konten anomali juga dapat menyebabkan kecanduan. Anak bisa mengalami kesulitan fokus, gangguan daya ingat, bahkan masalah fisik seperti gangguan tidur, mata lelah, dan nyeri leher. 

"Dari sisi sosial, kecanduan digital juga berdampak pada menurunnya interaksi sosial anak di dunia nyata," ungkapnya. 

Untuk itu, Neny mengimbau para orang tua agar lebih waspada terhadap jenis tontonan yang dikonsumsi anak-anak. Ia menyarankan pembatasan waktu layar (screen time) serta pendampingan dalam memilih konten yang berkualitas.

“Orang tua perlu mengembangkan kesadaran kritis terhadap tontonan anak di dunia maya. Batasi screen time, dorong anak untuk aktif di dunia nyata, serta pilihkan konten yang positif dan mendidik. Berikan pula pemahaman tentang konten yang baik dan tidak baik,” tutupnya. (*)

Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.