06 June 2025

Get In Touch

Dosen UGM Sulap Panas Bumi Jadi Pupuk

PT Pertamina Geothermal Energy TBK Area Ulubelu di Lampung. (Dok. PT PGE)
PT Pertamina Geothermal Energy TBK Area Ulubelu di Lampung. (Dok. PT PGE)

JAKARTA (Lentera) - Selama ini, energi panas bumi atau geothermal umumnya dimanfaatkan terutama untuk kebutuhan pembangkit listrik sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Namun, belakangan ini para peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan inovasi dengan mengembangkan pemanfaatan energi panas bumi yang lebih luas. 

Mereka berhasil mengubah limbah atau produk sampingan dari proses energi panas bumi menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi dunia pertanian. Inovasi ini tidak hanya membuka peluang baru dalam penggunaan energi geothermal, tetapi juga membantu mengatasi permasalahan limbah industri serta mendukung ketahanan pangan dengan menyediakan alternatif pupuk yang lebih ramah lingkungan dan efektif. 

Pendekatan ini menunjukkan bagaimana sumber energi terbarukan bisa dimanfaatkan secara multifungsi untuk berbagai kebutuhan kehidupan.

Endapan silika yang berasal dari fluida panas bumi di kawasan Lahendong, Sulawesi Utara, ternyata memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai booster atau penyubur tanaman. Endapan ini merupakan hasil samping dari proses eksploitasi panas bumi dan biasanya ditemukan dalam jumlah besar di sekitar instalasi pembangkit. 

Berdasarkan hasil studi ilmiah, endapan silika tersebut mengandung sekitar 60 jenis unsur dan senyawa ikutan yang memiliki karakteristik serupa dengan abu vulkanik. Kandungan mineral-mineral ini diketahui mampu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, serta menyediakan unsur hara mikro dan makro yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh optimal. 

Dengan potensi tersebut, pemanfaatan endapan silika sebagai penyubur tanah tidak hanya memberikan manfaat bagi sektor pertanian, tetapi juga menjadi solusi pengelolaan limbah panas bumi yang ramah lingkungan.

“Endapan ini diolah dengan teknologi nano sehingga menjadi cairan yang dapat diserap optimal oleh tanaman,” kata Pri Utami, salah satu peneliti UGM, dikutip pada Selasa (3/6/2025).

Para peneliti UGM bermitra dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Unit Lahendong untuk menciptakan booster pertanian cair bernama Katrili, nama yang terinspirasi dari tarian syukur masyarakat Minahasa. Produk yang sudah teruji aman di laboratorium ini disemprotkan ke tanaman dalam dosis terukur.

“Katrili telah menunjukkan hasil positif pada empat komoditas pertanian di Minahasa, yakni padi, tomat, kacang kawangkoan, serta bawang merah,” kata Pri Utami yang juga mengajar di Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM. Para periset produk panas bumi itu bergabung dengan rombongan pemerintah ketika memanen komoditas hasil uji Katrili pada 26 Mei lalu.

Selain Utami, ada beberapa pengajar UGM lain yang terlibat dalam pengembangan pupuk endapan silika tersebut. Ada Ronny Martien yang membidangi nanoteknologi, serta Ngadisih yang merupakan ahli konservasi tanah dan air.

Direktur Operasi PT PGE Ahmad Yani menyatakan solusi berkelanjutan dari sumber daya alam tidak hanya untuk kebutuhan listrik saja. Menurut dia, riset nanosilika dari endapan geotermal akan membantu menonjolkan riset-riset terapan yang berdampak positif secara langsung bagi masyarakat.

Bupati Minahasa Robby Dondokambey mengatakan hasil riset para peneliti UGM itu relevan dengan mayoritas masyarakat Minahasa yang bekerja sebagai petani. Dia berharap booster Katrili bisa terdistribusi ke wilayah pertanian lain di Sulawesi, serta suatu saat ke seluruh Indonesia.

“Inovasi ini membuat masyarakat merasakan langsung manfaat dari kehadiran industri panas bumi,” ujar Robby. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.