
SURABAYA (Lentera) – Kasus keracunan obat pada anak usia balita kembali menjadi perhatian serius di Indonesia. Fenomena serupa juga dilaporkan terjadi di beberapa negara, termasuk Australia. Menanggapi hal ini, peneliti di Quality Use of Medicines and Pharmacy Research Centre, University of South Australia, Dr. Imaina Widagdo, memberikan sejumlah langkah pencegahan bagi para orang tua.
Alumnus Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) itu menjelaskan, penyebab utama keracunan obat pada anak adalah karena obat disimpan sembarangan dan mudah dijangkau.
“Anak-anak memiliki kebiasaan memasukkan benda ke dalam mulut. Bila yang dimasukkan adalah obat, risiko keracunan pun meningkat. Apalagi jika obat itu kadaluwarsa atau bukan diperuntukkan bagi anak,” ucapnya, Selasa (24/6/2025).
Untuk itu, Imaina menekankan pentingnya menyimpan obat di tempat yang aman, tidak tercampur dengan makanan, dan secara rutin memeriksa tanggal kedaluwarsanya.
Selain penyimpanan, kesalahan dalam pemberian dosis juga menjadi penyebab umum keracunan obat pada anak. Karena tubuh anak masih berkembang, reaksi terhadap obat bisa berbeda dibandingkan orang dewasa.
Oleh karena itu, orang tua perlu mendapatkan edukasi yang benar, terutama dalam mengukur dosis obat.
“Jangan pernah menggunakan sendok makan atau sendok teh untuk memberi obat kepada anak. Gunakanlah sendok takar khusus atau syringe (alat suntik tanpa jarum) yang memiliki ukuran mililiter sesuai standar medis. Ini penting untuk memastikan dosis yang diberikan tepat,” jelas dosen kasual Magister Farmasi Klinis Ubaya tersebut.
Lebih lanjut, ia menyarankan agar orang tua segera menghubungi tenaga medis jika anak diduga mengonsumsi obat secara tidak sengaja, terlebih jika menunjukkan gejala seperti sesak napas, muntah, atau diare berkelanjutan. “Jika gejala memburuk, segera bawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD),” tuturnya.
Imaina juga mengingatkan bahwa anak yang pernah mengalami keracunan sebelumnya memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kejadian serupa di masa depan. "Oleh karena itu, langkah pencegahan harus menjadi perhatian utama bagi setiap orang tua," tutupnya. (*)
Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi