MALANG (Lentera) - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang tengah menyiapkan penyesuaian jalur, sebagai respons atas aspirasi para sopir. Di mana rute-rute eksisting -yang sudah ada, sejak 1998, saat ini dinilai sudah tak lagi sesuai kebutuhan mobilitas masyarakat.
Mengutip laman dishub.malangkota, lima rute angkutan kota meliputi jalur ABH yakni Terminal Arjosari-Jalan Borobudur-Gadang-Terminal Hamid Rusdi. Kemudian jalur ADL, dari Terminal Arjosari-Dinoyo-Terminal Landungsari.
Selanjutnya jalur AT, dengan keberangkatan mulai dari Terminal Arjosari-Tidar, dan jalur AMG / AMH, dari Terminal Arjosari - Mergosono-Gadang-Terminal Hamid Rusdi, serta jalur AL, yakni dari Terminal Arjosari-Terminal Landungsari.
Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, menyampaikan rute eksisting angkot di Kota Malang ditetapkan lebih dari 25 tahun lalu. Sejak itu, belum pernah dilakukan pembaruan menyeluruh terhadap sistem trayek angkutan kota.
"Teman-teman dari paguyuban sopir angkot berharap dilakukan re-routing, ya. Artinya penyesuaian, peninjauan kembali rute-rute jalur angkot yang eksisting saat ini. Karena memang sudah cukup lama dan perlu disesuaikan dengan kondisi sekarang," ujar Widjaja, Kamis (3/7/2025).
Selain alasan usia rute yang sudah usang, para sopir, menurut pria yang akrab dengan sapaan Jaya, ini juga menyoroti adanya ketimpangan antara angkot dengan transportasi online.
"Mereka menyampaikan kalau angkutan kota beroperasi dalam sistem trayek tetap, sementara transportasi online tidak memiliki batasan wilayah atau jalur tertentu," jelasnya.
Hal tersebut, menurutnya, membuat sopir angkot merasa perlu melakukan peningkatan layanan agar tetap kompetitif. Salah satu upaya yang diusulkan adalah skema re-routing atau penyesuaian jalur trayek.
Dishub sendiri disebut telah memiliki kajian terkait rencana re-routing angkot. Salah satu arah pengembangannya adalah menjadikan angkot sebagai pengumpan (feeder) dari program Transjatim Koridor Malang Raya yang digagas oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.
"Mereka berharap bisa berperan dalam penerapan Transjatim itu nanti. Makanya itu masuknya dalam skema re-routing, angkot akan menjadi feeder," katanya.
Menurutnya, skema penyesuaian jalur ini juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional angkot. Saat ini, beberapa trayek mengalami kelebihan armada yang tidak seimbang dengan jumlah penumpang. Di sisi lain, ada beberapa wilayah permukiman yang belum terlayani.
"Misalnya satu jalur ada 100 unit, tapi load factor-nya hanya 30 persen. Itu kan tidak optimal. Sementara ada wilayah seperti Jalan Danau Toba dan kawasan perumahan yang belum tercover. Itu bisa ditinjau kembali," terangnya.
Jaya memastikan, penyesuaian jalur akan dilakukan tanpa penambahan armada baru, melainkan dengan memaksimalkan unit angkot yang telah ada. Langkah ini menurutnya juga telah disepakati bersama dengan paguyuban sopir angkot.
Selain penyesuaian jalur, Jaya menyebutkan para sopir angkot juga mengajukan permohonan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, untuk menyampaikan aspirasi mereka ke tingkat provinsi.
"Mereka juga berharap adanya kebijakan keringanan pajak kendaraan. Mereka mengaku operasional saja tidak mencukupi, apalagi untuk kebutuhan hidup. Maka mereka meminta Pemkot menyampaikan ke Pemprov agar ada keringanan pajak," pungkasnya.
Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH