
GAZA (Lentera) -Sedikitnya enam anak-anak dan empat orang dewasa tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam titik distribusi air di Kamp Pengungsi Nuseirat, Gaza Tengah, Minggu (13/7/2025) pagi waktu setempat.
Para korban tengah mengantre dengan jeriken kosong untuk mengambil air bersih ketika serangan terjadi. Jenazah para korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit al-Awda di Nuseirat.
Seorang dokter di rumah sakit tersebut menyebut bahwa mereka juga menangani 16 korban luka, termasuk tujuh anak-anak.
Menurut saksi mata, serangan dilakukan oleh pesawat nirawak (drone) yang menembakkan rudal ke arah kerumunan warga di dekat truk air.
Militer Israel menyatakan serangan tersebut menargetkan seorang anggota kelompok Jihad Islam, namun terjadi "kesalahan teknis" yang membuat amunisi jatuh puluhan meter dari sasaran sebenarnya.
"Insiden ini sedang kami tinjau," ujar pernyataan resmi militer.
Militer Israel (IDF) mengaku mengetahui laporan jatuhnya korban sipil dan menyampaikan bahwa mereka "berusaha meminimalkan kerugian terhadap warga sipil sebisa mungkin" dan "menyesali setiap korban yang bukan sasaran."
Video yang telah diverifikasi menunjukkan kepanikan warga saat mengevakuasi korban, termasuk anak-anak yang tergeletak di antara jeriken kuning.
Serangan ini terjadi di tengah eskalasi serangan udara Israel di seluruh Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir.
Situasi kemanusiaan memburuk
Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa 19 warga Palestina lainnya tewas dalam tiga serangan udara terpisah di Gaza Tengah dan Kota Gaza pada hari yang sama.
Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengungkapkan bahwa rumah sakit lapangan mereka di Rafah telah menangani lebih banyak kasus korban massal dalam enam minggu terakhir dibandingkan sepanjang 12 bulan sebelumnya.
Pada Sabtu (12/7/2025), rumah sakit tersebut menerima 132 pasien dengan luka akibat senjata, di mana 31 di antaranya meninggal dunia.
"Sebagian besar korban mengalami luka tembak," ujar ICRC, menambahkan bahwa seluruh korban menyatakan mereka tengah berusaha mengakses bantuan makanan saat insiden terjadi.
ICRC mencatat, sejak 27 Mei—saat titik distribusi makanan baru mulai beroperasi—lebih dari 3.400 pasien luka senjata telah ditangani dan lebih dari 250 kematian tercatat.
"Frekuensi dan skala insiden korban massal ini mencerminkan kondisi mengerikan yang dialami warga sipil di Gaza," tegas ICRC.
Korban berjatuhan di sekitar lokasi bantuan
Pada hari Sabtu, Rumah Sakit Nasser di Gaza Selatan juga melaporkan 24 kematian di dekat titik distribusi bantuan. Saksi mata menyebut pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah warga yang berusaha mendapatkan makanan.
Namun, militer Israel membantah adanya korban dari tembakan pasukannya di lokasi tersebut. Seorang pejabat militer mengatakan, hanya tembakan peringatan yang dilepaskan untuk membubarkan kerumunan yang dinilai mengancam.
Kantor HAM PBB (OHCHR) menyebut hingga Jumat (11/7/2025), tercatat 789 warga tewas saat mencoba mengakses bantuan.
Mengutip Kompas, dari jumlah itu, 615 kematian terjadi di sekitar lokasi distribusi milik Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung AS dan Israel.
Johnnie Moore, pimpinan GHF, mengatakan kepada BBC bahwa dirinya tidak menyangkal adanya korban jiwa di sekitar titik bantuan, namun menolak bahwa "100 persen korban dikaitkan langsung dengan GHF." (*)
Editor: Arifin BH