17 July 2025

Get In Touch

Fenomena Bediding, Musim Kemarau Terasa Lebih Dingin

Ilustrasi (Pexels)
Ilustrasi (Pexels)

SURABAYA (Lentera) - Apakah akhir-akhir ini kamu merasa cuaca terasa lebih dingin dari biasanya? Jika iya, kamu tidak sendirian. Saat ini, beberapa wilayah di Indonesia memang sedang mengalami penurunan suhu selama musim kemarau, yang dikenal dengan sebutan fenomena bediding.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Cuaca dingin yang belakangan ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terutama di wilayah selatan Khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, merupakan fenomena yang normal dan umumnya terjadi setiap musim kemarau, yakni sekitar bulan Juli hingga September.

Fenomena bediding terjadi akibat dominasi angin timuran atau Angin Monsun Timur yang berasal dari Benua Australia. Saat Australia mengalami puncak musim dingin, angin yang bertiup ke arah Indonesia membawa massa udara yang cenderung kering dan dingin. Udara ini kemudian menyebar ke wilayah selatan Khatulistiwa, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sehingga menyebabkan penurunan suhu udara di kawasan tersebut.

Selain itu, angin monsun dari Australia juga melintasi perairan Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin pada musim kemarau. Kondisi ini memperkuat efek pendinginan udara yang sampai ke daratan. Gabungan antara massa udara dingin dari Australia dan suhu laut yang rendah inilah yang membuat udara di sejumlah wilayah Indonesia terasa lebih sejuk dari biasanya selama musim kemarau.

“Bediding ini diakibatkan karena saat ini [Indonesia] berada di musim kemarau dengan ditandai adanya dominasi angin timur yang bersifat kering dan dingin. Fenomena ini biasa terjadi pada bulan Juli sampai September 2025,” ujar Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Linda Firotul, mengutip Antara.

Faktor lainnya adalah langit cerah dan mempercepat lapisan panas dari permukaan Bumi ke atmosfer saat malam hari sehingga membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

Hujan yang masih terjadi di beberapa wilayah turut menambah rasa dingin karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan serta menghalangi pemanasan sinar Matahari.

BMKG memperkirakan, fenomena bediding ini akan terjadi hingga September mendatang. Beberapa wilayah, seperti Malang, mencatat suhu minimum berkisar antara 16-20 derajat Celsius. NTT juga mencatat suhu minimum mencapai 15 derajat Celsius pada 8 Juli 2025. Sementara itu, puncak bediding diperkirakan akan terjadi pada periode Agustus di mana suhu bisa jauh lebih dingin lagi.

Dengan begitu, fenomena bediding akan terasa lebih dingin saat menuju puncak musim kemarau, dan ini lebih banyak dipengaruhi oleh dinamika dan atmosfer fisis dekat permukaan Bumi.

Ini pula yang menyebabkan bediding mampu menyebabkan embun beku dan embun upas di wilayah dataran tinggi, khususnya pegunungan seperti di Dieng dan di Ranupane yang menjadi bagian dari Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.