
WASHINGTON (Lentera)- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta eks Presiden Barack Obama ditangkap. Permintaan itu terkait dugaan kecurangan Pemilu AS 2016.
Berbicara di Gedung Putih pada Selasa (22/7/2025) waktu setempat, Trump menuduh Obama memimpin konspirasi kriminal terhadap dirinya saat pemilu sembilan tahun lalu.
"Pemimpin geng itu adalah Presiden Obama, Barack Hussein Obama," kata Trump dikutip dari Al-Jazeera Rabu (23/7/2025).
"Dia bersalah. Ini pengkhianatan. Ini semua kata yang bisa Anda pikirkan. Mereka mencoba mencuri pemilu. Mereka mencoba mengaburkan pemilu. Mereka melakukan hal-hal yang tak pernah dibayangkan siapa pun, bahkan di negara lain,” sambung Trump.
Trump lalu mengutip laporan terbaru dari Direktur Intelijen Nasional, Tulsi Gabbard. Laporan itu berisi klaim mengenai upaya pemerintahan Obama dan anggota kabinet untuk mencoba merusak citra Trump.
"Mereka mencoba memanipulasi pemilu, dan mereka ketahuan, dan konsekuensinya harus sangat berat," ucap Trump.
"Ini seperti bukti – bukti yang tak terbantahkan – bahwa Obama menghasut, bahwa Obama mencoba memimpin kudeta, Obama yang memimpinnya," jelas Trump.
Trump sendiri dikenal punya sejarah menyebarkan kebohongan mengenai pemilu. Salah satunya menolak mengakui kekalahan pada pemilu 2020 lalu.
Adapun pada Pemilu AS 2016 lalu terdapat berbagai laporan adanya upaya Rusia memengaruhi hasil pemungutan suara di Negeri Paman Sam. Bahkan badan intelijen AS (CIA) sampai meluncurkan investigasi.
Hasilnya, CIA menyimpulkan Rusia berupaya mempengaruhi hasil pemilu agar menguntungkan Trump.
Jelang akhir masa jabatannya, merespons hasil laporan CIA, Obama mengusir beberapa diplomat Rusia. Obama juga menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia.
Pada 2019, laporan lain muncul dan menyebut tidak ada cukup bukti memperlihatkan ada persekongkolan antar tim kampanye Trump dan Rusia. Laporan itu hanya menggarisbawahi Rusia memang berupaya melakukan intervensi terhadap pemilu AS secara menyeluruh dan sistematis.
Trump kemudian merespons laporan-laporan mengenai kemenangannya pada pemilu 2016 dibantu Rusia. Ia menyatakan laporan tersebut sengaja dirancang untuk menjatuhkan pemerintahannya.
Editor:Widyawati/berbagai sumber