02 August 2025

Get In Touch

Kawah Tertua di Bumi Ternyata Lebih Muda 800 Juta Tahun

Kawah bekas tumbukan meteor di wilayah Pilbara (Pilbara Craton) di Australia Barat dan struktur batuannya. (Dok. Curtin University)
Kawah bekas tumbukan meteor di wilayah Pilbara (Pilbara Craton) di Australia Barat dan struktur batuannya. (Dok. Curtin University)

SURABAYA (Lentera) - Sebuah penelitian terbaru menyebut bahwa kawah bekas tumbukan meteor di wilayah Pilbara, Australia Barat, ternyata tidak selewat yang selama ini diyakini. Kawah yang diberi nama Miralga impact structure—diambil dari nama tradisional yang berasal dari masyarakat Nyamal setempat—sebelumnya diklaim sebagai kawah tertua di Bumi. 

Namun temuan terbaru menunjukkan umur kawah ini paling cepat setelah lapisan batuan berusia sekitar 2,77 miliar tahun, dan mungkin jauh lebih muda lagi. Dengan demikian, klaim sebagai kawah tertua kini dipertanyakan dan usianya direvisi menjadi setidaknya 800 juta tahun lebih muda dibanding perkiraan awal.

Studi awal sebelumnya oleh tim peneliti lain mengklaim bahwa kawah tersebut terbentuk 3,5 miliar tahun lalu dan memiliki diameter lebih dari 100 kilometer. Umur itu menjadikannya kawah tertua yang pernah ditemukan di Bumi dan diduga berperan dalam pembentukan kerak benua di Pilbara, bahkan mungkin memengaruhi kehidupan awal di planet ini.

Namun, studi terbaru oleh tim peneliti gabungan dari Australia dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa tumbukan meteor tersebut kemungkinan besar terjadi jauh lebih belakangan. Seperti yang dipublikasikan di Science Advances pada 16 Juli 2025, studi keduanya menunjuk periode setelah 2,7 miliar tahun lalu—atau setidaknya 800 juta tahun lebih muda daripada perkiraan sebelumnya.

Selain itu, ukuran kawah pun dinilai jauh lebih kecil, diameternya hanya sekitar 16 kilometer. “Kami sepakat bahwa ini adalah situs tumbukan meteor kuno,” bunyi keterangan tim peneliti itu kepada Live Science pada hari yang sama dengan publikasi hasil studinya itu. “Namun kami memiliki kesimpulan yang berbeda terkait usia, ukuran, dan signifikansinya.”

Studi terbaru juga mengidentifikasi keberadaan shatter cone—struktur berbentuk kerucut yang menjadi penanda khas dari gelombang kejut akibat tumbukan meteor. Penemuan struktur ini memperkuat bukti bahwa situs tersebut memang lokasi tumbukan.

Meski begitu, studi baru dan lama berbeda dalam menafsirkan waktu terjadinya tumbukan. Studi awal menyatakan bahwa shatter cone ditemukan di dalam dan di bawah lapisan sedimen berusia 3,47 miliar tahun, tapi tidak ditemukan di atasnya, sehingga menyimpulkan tumbukan terjadi pada masa pembentukan lapisan tersebut.

“Pengamatan mereka tampaknya menjadi ‘smoking gun’ untuk tumbukan berusia 3,47 miliar tahun,” tulis tim peneliti yang antara lain berasal dari Space Science and Technology Centre, School of Earth and Planetary Science, Curtin University, Australia, dan Department of Earth and Planetary Sciences, Harvard University, Amerika Serikat, itu.

Dalam studinya, mereka menemukan struktur shatter cone juga terdapat di batuan yang lebih muda, termasuk lava yang diketahui meletus 2,77 miliar tahun lalu. Artinya, tumbukan harus terjadi setelah pembentukan batuan termuda tersebut.

“Saat ini, kami belum tahu secara pasti seberapa muda kawah ini,” tulis mereka. “Kami hanya bisa memperkirakan tumbukan terjadi antara 2,7 miliar hingga 400 juta tahun lalu.”

Para peneliti juga memetakan sebaran shatter cone di lokasi, yang menunjukkan sebaran ratusan kerucut di area seluas 6 kilometer persegi. Berdasarkan sebaran dan orientasinya, mereka memperkirakan diameter asli kawah hanya sekitar 16 kilometer. Ukuran tersebut dianggap terlalu kecil dan terlalu muda untuk berdampak pada pembentukan benua atau kehidupan awal, seperti yang diklaim sebelumnya.

Meski demikian, para peneliti menyebut Kawah Miralga tetap memiliki nilai ilmiah tinggi karena merupakan salah satu dari sedikit kawah tumbukan meteor yang terbentuk di atas batuan basal tua berusia 3,47 miliar tahun. Sebelum tumbukan terjadi, batuan basal tersebut telah mengalami perubahan kimia akibat air laut, dan batuan sedimen di sekitarnya mengandung fosil-fosil tertua yang diketahui di Bumi.

“Ini menjadikan struktur tumbukan Miralga sebagai 'tempat bermain' yang menarik bagi ilmuwan planet yang ingin mempelajari permukaan Mars yang penuh kawah—dan mungkin juga kehidupan awal di sana,” tulisnya. “Ini adalah lahan uji yang mudah diakses untuk instrumen eksplorasi Mars dan pengambilan citra, langsung di Bumi.” 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.