
Kediri- Sebanyak 30 calon mahasiswa dari 34 orang yang lolos test membaca kitab kuning Fathul Qorib mendapatkan program beasiswa 100 % dari Pemprov Jatim di Kampus Institut Agama Islam Tribakti Kediri (IAI-Tribakti), Minggu (23/8/2020).
Peserta program peningkatan kualifikasi akademik guru madrasah diniyah di Jawa Timur ini hampir semua eks santri pondok pesantren (ponpes). Program itu diselenggarakan Pemprov Jatim bersama perguruan tinggi yang sekaligus mengelola pesantren, secara umum dilaksanakan Lembaga Penyelenggara Pendidikan Diniyah (LPPD).
“Pendaftarnya sekitar 40 orang dan seleksi pertama semuanya asal eks Karesidenan Kediri lolos 34 orang. Permasalahan yang ada adalah terkait legal formal pesantren asal peserta, tidak semua pesantren asal peserta memiliki badan hukum. Persyaratan itu baik, karena beasiswa yang diberikan dari Pemprov Jatim," kata Wakil Rektor II Institut Agama Islam Tribakti, Dr Jauhar Fuad, sekaligus panitia seleksi, Senin (24/8/2020).
Ditambahkan dari 34 peserta 30 orang dipastikan mendapatkan beasiswa 100 % setelah sebelumnya mengikuti ujian membaca kitab Fathul Qorib oleh tim penguji dari luar. Sehingga pelaksanaan seleksinya independen dapat dipertanggungjawabkan.
Dipilihnya Kampus IAI Tribakti Lirboyo Kediri karena kampus ini merupakan cikal bakal kampus tertua di Kediri yang berdiri sejak 30 April 1966. Dan pada 2021 kampus ini akan berubah menjadi Universitas Islam Tribakti.
Fathul Qorib adalah kitab yang disusun Syekh Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Asfihâni atau dikenal dengan al-Qâdhi Abu Syuja’ (433-593 H). Dalam sebagian naskah, kitab ini dinamakan dengan “Matan Taqrib”, dan sebagian naskah lainnya dinamakan “Ghayatul Ikhtishar”, karenanya Syekh Ibn Qâsim al-Ghâzi memberikan dua nama untuk kitab syarah Taqrîb yang beliau tulis: Fathul Qarib al-Mujib fi Syarh Alfadz at-Taqrib dan Al-Qawl al-Mukhtar fi Syarh Ghayah al-Ikhtishar(Syekh Ibn Qasim al-Ghazi, Fathul Qarib, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2005, h. 19)
"Program peningkatan kualifikasi akademik guru madrasah diniyah di Jawa Timur dengan ujian membaca kitab ini untuk meningkatkan kualifikasi guru. Perlu membangun kesepahaman dalam menyiapkan program studi bukan sekedar kondisi pesantren Madrasah Diniyahnya. Tapi bagaimana umat Islam di dunia itu paham bahwa dari bumi Indonesia, dari bumi Jawa Timur, akan terlahir para ulama-ulama yang akan membawa Islam “rahmatan lil alamin” tambahnya. (gos)