
MALANG (Lentera) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat kenaikan biaya pendidikan menjadi penyumbang tertinggi inflasi Kota Malang pada Juli 2025, namun secara umum dalam kondisi terkendali.
Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjaifudin menjelaskan inflasi month-to-month (m to m) Kota Malang pada Juli 2025 tercatat sebesar 0,12 persen, angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Provinsi Jawa Timur yang mencapai 0,22 persen serta di bawah inflasi nasional yang berada di angka 0,30 persen.
"Kalau kita lihat inflasi Kota Malang di Juli 2025 ini sangat terkendali. Karena secara month to month inflasi Kota Malang sebesar 0,12 persen," ujar Umar, Jumat (1/8/2025).
Lebih lanjut, Umar menyebutkan inflasi tertinggi di Jawa Timur pada bulan yang sama tercatat di Kabupaten Sumenep, yakni sebesar 0,45 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di Tulungagung, dengan capaian 0,11 persen.
Meski secara umum inflasi di Kota Malang tergolong rendah, namun menurutnya sejumlah komoditas memberikan sumbangan terhadap kenaikan harga. Di antaranya adalah tomat, beras, bawang merah, dan biaya pendidikan di jenjang sekolah dasar.
"Kalau kita lihat, komoditas yang menyumbang inflasi di bulan Juli kemarin terutama tomat, beras, bawang merah, dan sekolah dasar," katanya.
Dari sisi kelompok pengeluaran, Umar menyebut sektor pendidikan menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada bulan Juli. Hal ini disebabkan oleh rutinitas tahunan terkait tahun ajaran baru, yang selalu diikuti dengan penyesuaian biaya pendidikan.
"Karena seperti biasanya, secara historis setiap bulan Juli tentunya tiap ajaran baru akan ada kenaikan di beberapa sektor pendidikan. Mulai SD-SMA," jelasnya.
Ditambahkannya, kemungkinan besar kenaikan pada jenjang perguruan tinggi baru akan tercatat pada bulan Agustus mendatang.
Sementara itu, sejumlah komoditas mengalami penurunan harga sehingga turut menahan laju inflasi pada bulan Juli. Komoditas tersebut di antaranya adalah labu siam, kacang panjang, serta emas perhiasan.
Menurutnya, penurunan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh tren harga emas global yang memang mengalami penurunan dalam periode tersebut.
Sementara itu, komoditas beras tercatat mengalami kenaikan harga yang turut memicu inflasi. Umar menjelaskan, kenaikan tersebut terjadi karena tingginya permintaan sementara produksi belum optimal.
"Beras mengalami kenaikan di harganya. Jadi mungkin dari sisi produsen atau banyaknya permintaan, sementara produksinya masih rendah di pasaran. Tetapi ini gak di kita saja, di seluruh daerah juga menjadi salah satu komoditas yang menyumbang inflasi di bulan Juli. Merata," pungkasnya.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais