
SURABAYA (Lentera)-Semangat membangun olahraga Jawa Timur (Jatim) menuju prestasi dunia terus digaungkan oleh Ketua Umum KONI Jawa Timur, Muhammad Nabil.
Sejak dilantik memimpin organisasi olahraga tertinggi di provinsi ini, Nabil menegaskan tekadnya untuk mencetak atlet-atlet Jatim yang tidak hanya mampu bersaing di tingkat nasional, tetapi juga meraih prestasi di kancah internasional.
Namun, baginya, prestasi semata bukanlah satu-satunya tujuan. Muhammad Nabil memiliki visi jangka panjang yaitu atlet-atlet Jawa Timur harus sejahtera, bahkan setelah mereka gantung sepatu.
“Sudah saatnya kita tidak hanya menargetkan emas, tetapi juga memastikan kehidupan atlet tetap terjamin ketika mereka pensiun. Mereka adalah aset bangsa,” ujar Nabil dikutip Kamis (7/8/2025).
Semangat dan prestasi inilah yang membuat Muhammad Nabil meraih penghargaan Tokoh Olahraga Jawa Timur, dalam ajang Radar Surabaya Award 2025.
Perhatian Muhammad Nabil tidak berhenti pada prestasi di lapangan. Ia justru lebih jauh memikirkan kehidupan atlet setelah masa kejayaan mereka berakhir.
Menurutnya, sudah saatnya sistem olahraga di Indonesia tidak hanya melahirkan juara, tetapi juga mencetak atletpreneur—yakni atlet yang dibekali keahlian untuk mandiri secara ekonomi setelah pensiun dari arena.
“Atlet jangan hanya jago saat muda, lalu di masa tua hidupnya terabaikan. Kita harus siapkan sejak dini agar mereka punya bekal hidup. Bisa jadi pelatih, pengusaha, manajer, atau akademisi. Intinya, tidak ada atlet pensiun yang miskin,” tegasnya.
Ia mencontohkan pengalaman pahit seorang atlet pencak silat Jatim yang semasa aktif menyumbang banyak medali, tetapi saat pensiun mengalami gagal ginjal dan jantung tanpa jaminan finansial yang memadai.
Dari situlah Nabil mulai menyusun konsep pembinaan berkelanjutan, tidak hanya soal teknik dan fisik, tetapi juga keterampilan hidup (life skill) dan edukasi ekonomi.
Ia mengupayakan agar para atlet senior dapat diberikan pelatihan wirausaha, pelatihan pemasaran digital, hingga akses pendampingan keuangan.
Dalam program KONI Jatim, gagasan ini mulai dirintis melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, UMKM, dan pelaku industri.
Atlet yang berada di tahun-tahun terakhir masa aktifnya diarahkan mengikuti program pelatihan keahlian tambahan, seperti Manajemen olahraga; Pelatihan bisnis kecil dan menengah; Literasi keuangan, Kursus kepelatihan dan lisensi resmi dan Edukasi digital branding.
“Saya ingin atlet tidak hanya jago di lintasan, tetapi juga bisa membuka usaha gym, menjadi pelatih pribadi, bahkan membuat produk nutrisi sendiri. Itu yang saya sebut atletpreneur,” jelas mantan Komisioner KPU Jatim ini.
Menurutnya, mental juara harus diubah menjadi mental pengusaha, apalagi para atlet sudah terbiasa disiplin, bekerja keras, dan memiliki jaringan luas. Hanya tinggal diberi fasilitas dan pendampingan yang tepat.
Nabil sadar bahwa membangun sistem seperti ini tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan sinergi lintas sektor—baik pemerintah, swasta, komunitas, hingga akademisi.
Dalam upaya menjawab tantangan zaman, Nabil membawa pendekatan ilmiah ke dalam sistem pembinaan olahraga.
Sport science atau ilmu keolahragaan menjadi salah satu pilar utama dalam strategi KONI Jatim di bawah kepemimpinannya.
Penggunaan data, analisis performa, nutrisi, hingga psikologi olahraga mulai diterapkan untuk mengoptimalkan potensi para atlet.
Olahraga Jawa Timur Naik Kelas Lewat Porprov
Tidak hanya membina atlet elite, Muhammad Nabil juga menaruh perhatian besar pada pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur, yang selama ini menjadi ajang pembinaan dan pencarian bakat.
Di tangan Nabil, Porprov mengalami transformasi. Ia mendorong agar event olahraga dua tahunan ini tidak hanya menjadi panggung adu prestasi semata, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal dan ajang pembangunan ekosistem olahraga daerah.
“Porprov harus naik kelas. Ini bukan sekadar pertandingan, tetapi juga momentum meningkatkan ekonomi masyarakat, pariwisata, dan infrastruktur daerah,” ujarnya.
Kehadiran Nabil sebagai Ketua KONI Jatim membuka babak baru dalam sejarah olahraga provinsi ini. Harapan baru dibangun, bahwa Jawa Timur tidak hanya akan terus menjadi lumbung atlet nasional, tetapi juga mampu mencetak juara dunia yang bangga menjadi bagian dari Tanah Majapahit.(adv)