14 August 2025

Get In Touch

Kebangkitan Topeng Menak di Malang, Kementerian Budaya: Bisa Jadi Potensi Ekonomi

Gelaran \
Gelaran \"Burak Buwana Menak\" di Kota Malang, Sabtu (9/8/2025). (dok. Lesbumi PCNU Kota Malang)

MALANG (Lentera) - Kementerian Kebudayaan RI mengapresiasi kebangkitan Topeng Menak di Malang. Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan RI, Restu Gunawan, menilai kesenian ini dapat berpotensi menjadi sumber ekonomi berbasis budaya jika terus dilestarikan dengan baik. 

"Lembaga seni budaya muslimin (Lesbumi) selama ini menjadi salah satu mitra dalam membangun kebudayaan Indonesia. Seni tradisi seperti ini harus dilestarikan dan dapat memberikan dampak ekonomi," ujar Restu, dikutip pada Senin (11/8/2025).

Diketahui, pertunjukan bertajuk "Burak Buwana Menak" ini merupakan pertunjukan yang digagas oleh Lesbumi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang bersama lintas sanggar Malang Raya.

Pertunjukan yang diselenggarakan pada Sabtu (9/8/2025) lalu, menurutnya menjadi tanda kebangkitan Topeng Menak, yang pernah menjadi primadona pagelaran wayang topeng di Malang, pada era tahun 1960an.

"Maka kami datang secara khusus untuk menyaksikan pementasan Topeng Menak, yang sudah lima puluh tahun lebih tidak pernah tampil lagi. Upaya Lesbumi ini sejalan dengan program pelestarian budaya yang menjadi fokus Kementerian Kebudayaan," kata Restu.

Menurut Restu, UNESCO juga telah menyatakan Indonesia sebagai superpower di bidang kebudayaan. Karena itu, ia menekankan seni tradisional seperti Topeng Menak tidak hanya layak dilestarikan, tetapi juga berpotensi menjadi sumber ekonomi melalui monetisasi yang tepat.

Pementasan ini juga dihadiri Ketua Lesbumi PBNU Jadul Maula, sejarawan dan budayawan M. Dwi Cahyono, serta Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita.

Dalam kesempatannya, Amithya mengaku bangga menyaksikan kembali Topeng Menak tampil di hadapan publik. Ia menilai kesenian ini merupakan bagian dari warisan pertopengan Kota Malang yang diwariskan tokoh legendaris Ki Condro Suwono atau Mbah Reni.

"Ini sangat perlu kita lestarikan bersama. Pemerintah daerah siap bersinergi dalam pengembangan kebudayaan di Kota Malang," ujarnya.

Di sisi lain, Jadul Maula menilai pagelaran Burak Buwana Menak merupakan peristiwa penting yang menandai hidupnya kembali kesenian tersebut. Ia menjelaskan, Topeng Menak memiliki akar sejarah panjang, berasal dari Persia pada era Harun al-Rasyid, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu menjadi Hikayat Amir Hamzah pada masa Kesultanan Malaka. 

"Narasi itulah yang kemudian digunakan para ulama sebagai strategi kebudayaan dan metode dakwah di era Wali Songo," katanya.

Sementara itu, M. Dwi Cahyono yang menjadi penasihat tim revitalisasi, menyebut pementasan ini masih sebatas tahap awal yang memerlukan pengembangan lebih lanjut. Ia menegaskan, jarak waktu yang panjang sejak pementasan terakhir membuat banyak generasi saat ini belum pernah menyaksikan langsung Topeng Menak.

"Kami perlu menelusuri lebih dalam jejak Topeng Menak ini, karena terakhir kali dipentaskan di Malang itu sekitar akhir tahun 1960-an atau awal 1970-an," ujarnya.

Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.