
MAKASSAR (Lentera) - Pemkab Bone memutuskan untuk menunda kenaikan PBB-P2. Keputusan ini diambil usai demo pada Selasa (19/8) malam berakhir ricuh.
Pj. Sekda Bone Andi Saharuddin, mengatakan telah berkoordinasi dengan Kemendagri dan Bupati Bone, Andi Asman Sulaiman untuk menunda kenaikan PBB itu.
“Pimpinan menyampaikan kepada kami untuk menunda dan melakukan evaluasi secara total terkait penyesuaian ini,” kata Andi Saharuddin kepada wartawan, Rabu (20/8).
Ia menegaskan, kenaikan PBB-P2 sebanyak 300 persen, tidak benar. Pemerintah hanya melakukan penyesuaian sebesar 65 persen. Tetapi, karena mendapatkan respons secara berlebihan, sehingga penyesuaian tersebut juga dilakukan penundaan.
“Penyesuaian 65% ini ditunda dulu. Sesuai arahan pemerintah pusat terkait PBB-P2 di wilayah Kabupaten Bone, maka dari itu kita tunda dan akan kita kaji ulang kembali,” sambung Saharuddin.
Dia juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi. Dia berharap keputusan ini bisa meredakan aksi protes warga.
“Kami harap tidak ada yang terpancing provokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kita pemerintah daerah wajib patuh dan tunduk terhadap instruksi pemerintah pusat,” tandasnya.
Sebelumnya, demo menolak kenaikan PBB-P2 di depan kantor Bupati Bone, Sulawesi Selatan, pada Selasa (19/8) berujung ricuh.
Demo dimulai pada siang hari. Dan ribuan massa memadati kantor Bupati Bone. Demo yang awalnya kondusif, tiba-tiba ricuh pada sore hari diduga karena Bupati Bone, Andi Asman tidak kunjung menemui massa.
Ketegangan itu terus berlangsung hingga malam hari. Bahkan, massa pun menyerang polisi dengan melempari batu. Kepolisian yang terdesak kemudian membalas dengan tembakan gas air mata.
Polisi baru berhasil membubarkan massa pada Rabu (20/8), sekitar pukul 00.30 WITA. Dari demo ricuh tersebut, sejumlah massa aksi dilaporkan ditangkap.
“Sejumlah orang diamankan. Bukan warga Bone,” kata Kapolres Bone, AKBP Sugeng Setyo Budhi.
Sugeng curiga, demo ricuh ini disusupi oleh kelompok Anarko. “Analisa kami mereka merupakan kelompok Anarko,” tegasnya.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber