26 August 2025

Get In Touch

Air Tawar Menyusut, Bumi Terancam Kekeringan Ekstrem

Ilustrasi sumber mata air. Foto: ShutterStock
Ilustrasi sumber mata air. Foto: ShutterStock

SURABAYA (Lentera) - Air tawar di berbagai belahan dunia terus berkurang, dan hasil analisis terbaru menunjukkan temuan mengkhawatirkan bahwa sebagian besar air tersebut justru berakhir di laut. Lebih jauh lagi, proses pengeringan daratan kini memberikan kontribusi terhadap kenaikan permukaan laut global yang bahkan melebihi dampak dari mencairnya lapisan es.

Riset yang dipimpin oleh ilmuwan Bumi, Hrishikesh Chandanpurkar, dari FLAME University, India, menekankan pentingnya langkah segera untuk menghadapi ancaman masa depan yang semakin kering akibat perubahan iklim serta penggunaan berlebihan air tanah oleh manusia.

Menggunakan lebih dari 20 tahun data satelit NASA melalui misi Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) dan kelanjutannya, tim peneliti memetakan bagaimana cadangan air daratan berubah sejak 2002, serta penyebab di balik pergeseran tersebut.

“Hampir semua daratan dunia, kecuali Greenland dan Antarktika, kini mengalami laju pengeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis para peneliti dalam studi yang terbit di jurnal Science Advances. “Setiap tahun, area yang mengering bertambah setara dua kali luas negara bagian California.”

Siklus air bumi telah terganggu parah oleh aktivitas manusia, dari emisi gas rumah kaca yang mengubah iklim, hingga alih fungsi aliran sungai dan daerah tangkapan air hujan.

Hasilnya? Area basah memang makin basah, tapi area kering mengering jauh lebih cepat. Yang lebih parah, wilayah yang mengering makin meluas, sementara wilayah yang membasah justru makin berkurang.

Artinya, secara keseluruhan cadangan air daratan terus berkurang, baik air di permukaan seperti danau dan sungai, maupun air tanah yang tersimpan di akuifer dalam perut Bumi. Kondisi ini berdampak langsung pada miliaran orang, di mana sekitar 75 persen populasi dunia tinggal di 101 negara yang kehilangan air tawar dengan laju meningkat.

Lantas, ke mana perginya semua air itu? Jawabannya: ke laut. Perpindahan besar-besaran air tawar dari daratan kini menjadi penyumbang kenaikan permukaan laut yang lebih besar dibandingkan mencairnya lapisan es di kutub.

Fenomena ini terutama didorong oleh kehilangan air daratan di wilayah lintang tinggi seperti Kanada dan Rusia yang biasanya tidak kita bayangkan sebagai daerah kering. Para peneliti menduga penyebabnya adalah mencairnya es dan permafrost.

Di benua tanpa gletser, 68 persen kehilangan air daratan disebabkan oleh eksploitasi air tanah oleh manusia. Kekeringan ekstrem di Amerika Tengah dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir juga memperburuk keadaan, dan diperkirakan akan makin sering terjadi seiring krisis iklim.

Saat pola hujan alami terganggu akibat emisi bahan bakar fosil, banyak orang terpaksa mengandalkan air tanah. Sayangnya, air ini disedot lebih cepat daripada kemampuannya untuk terisi ulang.

Di banyak wilayah, penyedotan air tanah berlebihan terjadi di daerah pertanian kering yang bergantung pada irigasi. Contohnya Lembah Tengah California yang menghasilkan 70 persen almond dunia, atau kawasan pertanian kapas di sekitar Laut Aral di Asia Tengah, yang kini benar-benar kering.

“Sejauh ini, penyedotan air tanah berlebihan adalah faktor terbesar yang mempercepat penurunan cadangan air daratan di wilayah kering. Hal ini memperparah dampak kenaikan suhu, penggurunan, dan kekeringan ekstrem,” tulis para peneliti.

Karena itu, melindungi pasokan air tanah dunia menjadi sangat penting dalam menghadapi Bumi yang kian memanas dan daratan yang semakin mengering.

Mereka berharap upaya di tingkat regional, nasional, hingga internasional bisa menghasilkan pengelolaan air tanah yang berkelanjutan agar sumber daya berharga ini tetap ada untuk generasi mendatang.

“Meski upaya menahan laju perubahan iklim masih tersendat, tidak ada alasan untuk membiarkan laju pengeringan daratan terus berlanjut,” pungkas tim peneliti. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.