06 September 2025

Get In Touch

China Pamer Rudal di Parade Militer, Bisa Jangkau Antarbenua

China pamer rudal nuklir baru di parade militer, bisa sampai AS dan negara-negara Eropa. (Foto: Reuters)
China pamer rudal nuklir baru di parade militer, bisa sampai AS dan negara-negara Eropa. (Foto: Reuters)

BEIJING (Lentera) China menampilkan tiga jenis baru rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM) berkekuatan nuklir dalam parade militer untuk memperingati 80 tahun kekalahan Kekaisaran Jepang.

Langkah ini dipandang sebagai upaya signifikan untuk memperkuat kemampuan nuklir China terhadap negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Eropa.

Selama ini, ketiadaan jaringan pangkalan militer global membuat China mengandalkan pengembangan senjata jarak jauh untuk mencegah serangan dari lawan yang berjarak ribuan kilometer.

Dari tiga rudal baru yang diperlihatkan, dua di antaranya merupakan varian lanjutan dari sistem yang sudah ada, yakni DF-5C dan DF-31BJ.

DF-5 menjadi satu-satunya rudal berbasis silo milik China sekaligus yang paling berat, dengan kemampuan membawa muatan lebih besar termasuk sejumlah kendaraan luncur kembali (reentry vehicles).

DF-31 telah menjadi andalan arsenal rudal mobile China sejak pertengahan 2000-an. Dalam parade terbaru, China juga memamerkan rudal baru DF-61 yang diduga menggantikan DF-41. Meski detailnya belum jelas, DF-31BJ dan DF-61 diyakini memiliki waktu persiapan dan peluncuran lebih singkat dibanding generasi sebelumnya.

Selain itu, ketiga rudal baru tersebut kemungkinan besar memanfaatkan kemajuan teknologi kendaraan luncur hipersonik (hypersonic glide vehicle). Teknologi ini memungkinkan rudal meluncur dengan kecepatan lebih dari Mach 27, menyerang dari arah tak terduga, dan menjangkau jarak yang lebih jauh, sehingga menyulitkan sistem pertahanan udara lawan.

China pernah mengejutkan dunia pada 2021 dengan uji coba kendaraan luncur hipersonik antarbenua yang berhasil mengitari bumi dan tepat mengenai target. Uji coba ini dinilai AS sebagai ancaman serius karena menunjukkan kemampuan serangan global dengan akurasi tinggi.

Kini, dengan pameran rudal barunya, para analis memperkirakan produksi ICBM China akan terus melampaui negara lain. Langkah ini dipandang sebagai upaya menutup kesenjangan dengan AS dan Rusia, sekaligus menegaskan keunggulan teknologi militernya.

Tuduhan Trump

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un sedang berkomplot melawan Amerika Serikat. Tuduhan itu disampaikan Trump melalui unggahan di media sosial saat menanggapi parade militer besar-besaran yang digelar China pada Rabu (3/9/2025).

Trump menyindir Xi Jinping dengan mempertanyakan apakah dalam parade tersebut ia akan memberikan penghormatan atas jasa Amerika Serikat yang dahulu membantu China meraih kebebasan dari penjajah asing. Ia juga menyampaikan harapan agar pengorbanan prajurit AS dihormati dan dikenang.

Di akhir unggahannya, Trump blak-blakan menunjukkan kekesalannya atas kehadiran Putin dan Kim Jong Un di parade militer itu. Dengan nada sarkastis, ia bahkan menitipkan salam kepada keduanya yang disebutnya sedang berkonspirasi melawan Amerika Serikat.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.