
BEIJING (Lentera) - China menyerukan Filipina untuk menghentikan provokasi dan eskalasi ketegangan di Laut China Selatan, kata juru bicara Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tian Junli, Minggu (14/9/2025).
“Filipina terus berusaha menarik negara-negara asing untuk menggelar patroli bersama, menyebarkan klaim ilegal di Laut China Selatan, serta merusak perdamaian dan stabilitas kawasan," ujar Tian seperti dikutip Kementerian Pertahanan China.
"Kami dengan tegas memperingatkan Filipina untuk segera berhenti memprovokasi dan meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan, karena keterlibatan kekuatan eksternal untuk memberi dukungan pasti akan gagal,” demikian ditambahkan.
Ia menegaskan pasukan Komando Teater Selatan tetap siaga tinggi untuk membela kedaulatan dan keamanan China, sekaligus menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Sejumlah pulau dan karang di Laut China Selatan selama beberapa dekade menjadi sengketa antara China, Filipina, dan beberapa negara lain di kawasan Asia-Pasifik.
Kawasan tersebut diketahui memiliki cadangan minyak dan gas yang signifikan, termasuk di Kepulauan Paracel, Pulau Thitu, Karang Scarborough, dan Kepulauan Spratly yang mencakup Karang Whitson.
Pada Juli 2016, setelah gugatan yang diajukan Filipina, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag memutuskan bahwa China tidak memiliki dasar hukum atas klaim teritorial di Laut China Selatan.
Pengadilan menyatakan pulau-pulau itu bukan wilayah yang disengketakan dan tidak membentuk zona ekonomi eksklusif. Namun, Beijing menolak mengakui maupun menerima putusan tersebut.
Latihan Gabungan
Sementara itu, militer Filipina pada Minggu (14/9/2025) mengatakan mereka mengadakan latihan gabungan dengan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang dan Angkatan Laut AS di Laut China Selatan, menggarisbawahi kerja sama trilateral ketiga negara saat China meningkatkan tindakan koersifnya.
Latihan tersebut adalah latihan tiga arah pertama yang melibatkan Manila, Tokyo, dan Washington di Laut Cina Selatan sejak Maret.
Para pejabat mengatakan latihan yang berlangsung dua hari sejak Jumat itu menunjukkan koordinasi operasional di perairan yang semakin didominasi oleh Cina.
Sementara itu, China, dalam pernyataan yang bertepatan dengan pengumuman latihan trilateral tersebut, mengatakan bahwa mereka melakukan patroli dua hari hingga Sabtu, dan menuding Filipina merusak stabilitas regional dengan melibatkan kekuatan eksternal.
Ketegangan semakin meningkat setelah Beijing mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah menyetujui pembentukan cagar alam nasional di Scarborough Shoal, yang terletak di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina, sebuah langkah yang dikritik keras oleh Manila.
Duta Besar Jepang untuk Filipina Kazuya Endo menulis di media sosial bahwa putusan arbitrase pada 2016 yang menolak klaim Beijing harus dihormati.
Pernyataan itu menegaskan kembali dukungan Tokyo terhadap posisi Manila dalam sengketa Laut Cina Selatan.
Pada Selasa, Jepang dan Filipina sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang peralatan dan teknologi pertahanan, dalam upaya yang jelas untuk melawan langkah China di perairan terdekat.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber